"Hal ini ditulis lebih bertujuan agar diri pribadi ini bisa menjadi seperti apa yang telah ditulis. dan menjadi kekuatan tersendiri untuk bisa berubah menjadi lebih baik. karena saya berusaha menulis apa yang saya kerjakan, dan berusaha mengerjakan apa yang saya tulis. ketika saya menulis, ada tanggung jawab tersendiri untuk bisa mematuhinya".
Teman-teman
pernah galau gara-gara putus pacaran? Jika iya, maka berbahagialah.
LOH
KOK BAHAGIAAA?
Iya.
karena kalian telah melewati masa jahiliyyah. Untuk urusan galau, tenaaang....tenaaang....itu
hanya sementara. Yang penting kalian telah keluar dari lingkaran pacaran.
Jujur
saja, saya pun pernah pacaran. Singkat cerita, waktu saya masih semester 1,
saya mulai dekat dengan kakak kelas yang duduk di semester 7. Kemudian di
semester selanjutnya kami berpacaran. Selama
satu tahun lebih hubungan kami semakin dekat, bahkan kami berencana menikah
setelah saya lulus kuliah. Saya pun sudah dikenalkan kepada ibunya ketika dia wisuda. Menurut saya, itu sudah
merupakan hal yang istimewa, yang tidak dilakukan untuk perempuan lainnya.
Wajar dong jika saya saat itu merasa ter-special-kan.
Setelah setahunan lebih, sidia memutuskan
saya, hiks hiks hiks. Sedih memang. Banget malah. Rasanya tu sakiiiiiiit.
Sakitnya tuh disiniiii *nunjuk hati*
*nunjuk dengkul* *nunjuk perut* *nunjuk siku* *nunjuk tumit*, yah, intinya
sakit dimana-mana.
APA
YANG TERJADI PADA SAYA?
Saya
nangis? Iya. Itu wajar.
Saya
galau? Iya banget. Itu juga wajar.
Saya
merasa TERKHIANATI? Jellaas. Yang ngajak komitmen untuk nikah siapa, yang mutus
juga siapa? Saya bertanya padanya salah saya apa katanya saya nggak punya salah.
Pffffft....banget rasanya.
LALU
APA YANG SAYA LAKUKAN?
Saya
mencari PERTAHANAN. Iya, saya mencari pertahanan. Bukan mencari seorang
tentara, tapi saya mencoba untuk menenangkan hati saya, dengan banyak mendengar
murotal, membaca Al-quran, membaca buku-buku islami, mendengar
tausiyah-tausiyah, mendengar lagu-lagu religi yang bikin hati adem juga, dan banyak memohon ampun pada Allah. Saya
sadar, bahwa saya telah melanggar larangan Allah. Dan saya tahu, ini adalah
hukuman untuk saya. kalau pun saya mengadu pada Allah “ya Allah...hati saya sakit karena diputus olehnya huhuhuhu”,
mungkin Allah akan menjawab “rasakan!
salah sendiri melanggar laranganku”, mungkin akan seperti itu jawaban Tuhan
padaku.
Hari
demi hari saya lewati dengan perasaan yang kadang galau-kadang nggak-kadang
galau-kadang nggak. Wajar, itu merupakan suatu proses. Dan saya mencoba untuk
tetap kuat. Saya selalu berdoa pada
Allah, “jika perpisahan ini adalah yang
terbaik untuk hamba, maka bantu hamba untuk bisa mengikhlaskan. Jika dia jodoh
hamba maka dekatkanlah kami dengan caramu, ya Allah. Jaga dia untuk hamba. Beri
hamba ketentraman hati dan pikiran. Jauhkan hamba dari rasa resah dan gelisah. Jika
dia memang bukan jodoh hamba, maka bantu hamba untuk bisa melupakannya. Bantu
hamba untuk bisa merelakannya. Hamba mohon sediakanlah jodoh untuk hamba orang yang
bisa menuntun hamba ke surgaMu kelak”
Sering
kali saya merenung, mencoba berpikir jernih.
Pertama:
orang yang
berencana besok mau menikah lho bisa saja sekarang batal, apalagi yang
berencana 3 atau 5 tahun kemudian? Itu sangat rawan gagal.
Betul tidak, kawan?
Kedua:
Untuk
seseorang yang sudah berusia siap nikah, menunggu orang yang masih sibuk
sekolah dan belum jelas pula kapan siap diajak nikah, yah pasti rawan hilang kan
kesabarannya.
Maka
saya juga patut untuk memakluminya kan?
Ketiga:
Dia
hanya ingin kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Mungkin memang terkesan
sepihak, memang terkesan menyakiti lain pihak. Tapi akan baik untuk kedua
pihak. Jadi
saya harus berterima kasih padanya, kan?
Jadi
saya harus bisa MEMAKLUMINYA. Saya harus move
on dan move up. Move on itu tidak
harus melupakan, tapi harus bisa memaafkan. Move
on itu tidak harus melupakan, tapi harus bisa mengikhlaskan. Move
on itu tidak harus melupakan, tapi
juga harus diiringi dengan move up. Harus bisa melanjutkan hidup menjadi
pribadi yang lebih baik lagi. Jadi, MOVE
ON ITU TIDAK HANYA PINDAH HATI, TAPI PINDAH PERILAKU (MENJADI LEBIH BAIK LAGI).
Halo haloo saudaraaa...bangunlah! kita masih muda. Masih banyak yang harus kita
kerjakan. Jodoh itu sudah ketentuan Illahi, kita sebagai perempuan yang
cenderung sebagai makhluk penunggu (bukan
penunggu pohon gede ya, bukan penunggu rumah kosong juga. hihihi kok jadi ngeri
gini), maksud saya cenderung untuk menunggu jodoh, yang bisa kita lakukan hanyalah memperbaiki diri. Agar pantas dijemput
oleh orang yang baik.
Galau
itu memang manusiawi, kalau di ilmu sosiologi namanya graving, yaitu saat kita kehilangan sesuatu yang menurut kita
sangat berharga. Tapi kalau sudah jatuh jangan tengkurep mulu’ lah, kita harus
bangun alias move up. Kebanyakan dari kita pasti merasa menjadi menusia paling ngenes di jagat raya, padahal enggak lah.
Percaya YNWA aja, (you’ll never walk
alone, kayak takelinenya liverpool itu lho), masih banyak keluarga, teman,
sahabat, di kanan kiri, depan dan belakang kita. Coba buka mata, mata kepala
dan mata hati kita juga. Itu pacar juga siapa sih? Paling ya orang baru kenal.
Belum tentu jodoh kita pula.
Ada
pelajaran yang saya ambil dari tragedi ini *wetseh
tragedi rekk*.
Kita
janganlah mudah menyampaikan perasaan dan jangan mudah pula menerima perasaan
jika besoknya saja kita belum siap untuk menikah. Pendam saja rasa kagum pada seseorang
hingga benar-benar waktunya tiba. Dan ingat, ketika mengagumi seseorang,
sisakan ruang di hati kita untuk bisa menerima kekurangannya. Agar saat kita
kecewa, itu akan menjadi obat. Karena tak ada manusia yang sempurna.
Semoga
Allah selalu melindungi dan selalu menjaga perasaan kita. Saya selalu berdoa “ya Allah, jatuh cintakanlah hamba hanya
kepada jodoh hamba”. Saya takut sekali jatuh cinta lagi pada orang yang
salah. Maksud saya salah disini adalah kepada orang yang bukan jodoh saya. kan eman tuh.
Apa
yang bisa kita lakukan agar perasaan kita tetap aman? Aman dari rasa sakit hati
karena jatuh hati?
Ya
kita harus berusaha untuk menekan setiap rasa jika kita merasa tertarik pada
seseorang. Perasaan kita tidak perlu diumbar, apalagi ke media sosial. Jika mau
curhat, curhatlah pada orang tua. Itu saran saya. kenapa orang tua? Karena mereka
adalah termasuk orang yang sudah sukses dalam menjalani kisah asmaranya. Kalau
kepada teman sih rata-rata mereka juga senasib dengan kita. Ya nggak papa sih
kalau saja kamu malu curhat kepada orang tua, tapi pilihlah teman yang
benar-benar bisa mengarahkamu. Ingat! Bahwa jodoh kita sudah ditentukan oleh Allah, jadi kenapa kita harus galau? Tapi
beda lagi ceritanya jika kamu tertarik pada lelaki yang ingn kau jadikan suami,
suami ya bukan pacar. Tidak ada salahnya jika kamu ungkapkan padanya. Tapi
sertakan pihak keluargamu, jangan kau ungkapkan sendiri. Coba teladani
Khodijah. Khodijah juga tertarik kepada Nabi Muhammad SAW, tapi Khodijah
ungkapkan lewat perantara. Kita harus tetap menjadi seorang perempun yang
anggun, elegan, dan mahal.
Kata
orang, obat sakit hati itu jatuh hati. Bener
nggak sih?
Menurut
saya, bener sih. Saya juga berharap seperti itu hihihi... tapi harapannya dijatuhhatikan pada orang yang
benar-benar dijatahkan Allah untuk
saya. setelah beberapa minggu atau bulan pasca kamu putus pacaran, pasti akan
tumbuh rasa dan pikiran yang akhirnya melahirkan janji “saya nggak mau pacaran lagi”. Mudah sekali kamu berjanji seperti
itu ketika kamu sedang sakit hati. Tapi coba jika sakit itu telah hilang, kamu rawan
lupa akan janji-janji manis yang telah kamu buat sendiri. Iya, mirip dengan mereka waktu kampanye yang sibuk
mengutarakan janji-janji manis, namun ketika sudah mapan maka semua janji-janji
menguap begitu saja. Mir-rip seperti itu. Jangan seperti itu ya, saudara. Berusahalah
untuk menjadi pribadi yang istiqomah, istiqomah pada kebaikan.
Lalu,
sebelum bertemu pujaan hati kita akan tetap sakit hati gitu?
Kata
siapa? Yang bisa mengendalikan hati adalah diri kita sendiri. Bykan orang lain.
Cobalah untuk memaafkannya. Ikhlaskan kepergiannya, dan cari kegiatan positif
sebanyak-banyaknya. Lambat laun kamu akan bisa menjadi pribadi yang lebih baik
lagi.
Untuk
kamu, calon suamiku, maaf jika hati ini sempat tertaut pada hati lelaki lain.
Maaf. Tapi saya disini mencoba untuk memperbaiki diri. Sedang
melupakan sidia yang pernah singgah dihati. Mencoba mencabut semua
ungkapan-ungkapan perasaan yang pernah melayang.
Untuk
kamu, yang pernah singgah di hati. Bukan berarti semua yang telah terucap adalah
hanya omong kosong, bukan. Dulu saya juga serius kepadamu. Tapi marilah kita
mencoba melupakan semua rasa yang dulu pernah ada. Mari kita bersihkan hati dan
mari buka lembaran baru untuk orang baru, iya jodoh kita (masing-masing).
No comments:
Post a Comment