Wednesday 31 July 2013

Soal “Sensasi Ramadhan”

Wednesday, July 31, 2013 0 Comments

Teringat saat awal Ramadhan berada di perantauan. Jadwal UAS yang kurang bersahabat menyebabkan saya menjalani awal Ramadhan berada jauh dari keluarga, jauh dari tetangga, jauh dari masjid Al-Falah, jauh dari jembatan Laren, hahaha (apa hubungannya dengan jembatan?). Saat itu yang saya rasakan adalah se-pi. Merasa ramadhan kali ini kurang bersensasi.
Setelah UAS berakhir, bahagia sangat bisa pulang. Buka bersama keluarga, ngrumpi dengan tetangga, taraweh di masjid Al-Falah, dan jalan-jalan sore dengan Bapak melewati jembatan Laren yang subhanallah kiri kanan jembatan penuh dengan lautan manusia sedang menunggu waktu berbuka. Entah apa yang mereka nikmati di jembatan. Apakah aliran sungainya? (padahal ya menurutku biasa saja tuh alirannya), ataukah bentangan pohon yang hijau di tepian sungai? ( menurutku juga nggak banyak-banyak amat hijaunya), atau juga lalu lalang kendaraannya (nah ini malah nggak ada bagus-bagusnya), tapi yang jelas tidak ada potongan wajah suram dan muram di wajah mereka. (baru terjawab kan hubungannya Ramadhan dengan jembatan). Dan itu semua tidak ada di Surabaya, sedih kan?
Sayangnya, saya tidak bisa berlama-lama dengan itu semua. Tugas dan tanggung jawab mengharuskan saya untuk segera balik ke Surabaya. oke, saya sepertinya sedang dalam proses belajar ikhlas. Ikhlas menjalani puasa di perantauan. *keep smile….
Satu minggu pertama masih terasa berat, rasanya benar-benar ingin pulang. Apalagi pas sabtu minggu, suasana kos yang mencengkam, sepi banget semakin mendukung hasrat ingin pulang.
Setelah satu minggu lebih berjalan, semua berbeda. Setiap hari ke kampus dan bertemu teman-teman. Saling kerja sama, bertukar pikiran, lempar banyolan, ketawa ketiwi dan ini membuatku mulai masuk ke zona nyaman.
Kalau direnungi seh, nikmat juga menjalani Ramadhan di kampus dengan segala aktivitas positif. Yang ada itu tiba-tiba “eh sudah maghrib”. Nggak kalah menariknya itu, pergi ke masjid bareng-bareng dan Alhamdulillah dapat nasi kotakan buat berbuka. Hahahaha…*ngirit ala anak kosan.
Oh iya, sempet ke SLB urusan PKM. Melihat adek-adek belajar dengan keterbatasannya membuatku sangat bersyukur mempunyai pendengaran dan bisa berbicara dengan normal. Sudah seharusnya saya menjalani kuliah ini dengan semangat juga, nggak mau kalah dengan mereka.
Sempat juga berbuka puasa bersama anak-anak yatim. Merasa menjadi anak yang jauh lebih beruntung dari mereka. Alhamdulillah keluarga saya masih lengkap, mendapat fasilitas dari orang tua yang mungkin sangat susah mereka dapatkan, dan sudah sewajibnya saya berbakti kepada orang tua. WAJIB!!!
Lumayan banyak kan yang saya dapatkan selama berRamadhan di Surabaya. ternyata Ramadhan di Surabaya tidak ada sensasinya itu salah besar. Tuh banyak sekali yang saya dapatkan. Ya itulah sensasi Ramadhan ala mahasiswa sok sibuk seperti saya ini, hihihi….
Hmmm…begini ya pemirsa,  Menjadi seorang muslim itu seharusnya merasa senang saat Ramadhan tiba. Menjadi seorang muslim itu dimanapun posisinya seharusnya merasakan sensasi Ramadhan. Dan menjadi seorang muslim itu sewajibnya menjalankan puasa Ramadhan. Hahaha setuju kaaaan?

Saturday 20 July 2013

HANYA JADI ORANG RATA-RATA

Saturday, July 20, 2013 1 Comments
Ciyeeee yang lagi kesepian di kos *sorakin diri-sendiri.
daripada bengong nih ya, mending saya meluapkan semua kata-kata yang terangkai menjadi kalimat kemudian paragraph yang dari kemaren masih tersimpan di dalam otak.
Hmmm begini, saya punya teman. Menurut saya, dia jago design. Pas buyar kuliah, dosen saya butuh bantuan untuk membuat poster suatu event di kampus saya. “siapa disini yang bisa buat poster?”. Kompak banget seisi kelas hanya nyebut satu nama. Ternyata nggak hanya menurut saya, tapi menurut public.
Setelah membaca buku “7 keajaiban rezeki” ditambah lagi setelah kejadian itu, saya bisa menyimpulkan bahwa kekuatan teman saya berada dalam bidang design. Lalu pertanyaan yang muncul, “dimanakah kekuatan saya?”. Sayangnya, saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang bahkan pertanyaan itu saya sendiri yang buat, *miris sekali.
menurut Ippo santosa nih ya, penulis buku “7 keajaiban Rezeki”, untuk menjadi seorang pemenang, yang harus dititikberatkan adalah meningkatkan kekuatan, bukan memperbaiki kelemahan. Karena, kalau meningkatkan kekuatan anda akan jadi orang di atas rata-rata. Tetapi kalau anda memperbaiki kelemahan, anda hanya jadi orang rata-rata. Setujukah anda dengan Ippo Santosa? Kalau saya sih setuju.
Saya mencoba bertanya pada teman saya, Farah. “apa sih kekuatan saya?”. Katanya “kamu itu lucu wik. menarik”. Terbelalak mendengar jawaban teman saya, karena itu diluar predikisi saya. Lha masak saya harus jadi pelawak?hahahahahaha…
Kata teman saya, saya harus focus pada satu atau dua hal yang saya minati saja. Mungkin itu akan jadi kekuatan saya. Lha masalahnya, apa yang saya minati sampai detik ini pun masih ngambang-ngambang, banyak hal yang saya MINATI, tapi nggak ada hal yang saya MUINATI.
Bener sih kata teman saya. Mirip-mirip sama yang ditulis Ippo Santosa dalam buku “7 keajaiban Rezeki”. Berikut beberapa pertanyaan untuk menggali kekuatan:
1.     Apakah yang paling anda minati?
2.     Apakah yang paling anda kuasai?
3.     Apakah sesuatu yang anda minati dan kuasai itu menghasilkan?
4.     Apakah sesuatu yang anda minati dan kuasai itu membahagiakan?
5.     Apakah sesuai dengan persepsi public terhadap anda?
Nah, kalau anda bisa menjawab semua pertanyaan itu, berarti anda beruntung, anda telah mempunyai kekuatan. Sayangnya, saya belum bisa juga menjawabnya. *nangis meronta-ronta.
Lagi-lagi saya harus membongkar aib saya di blog  yah hahaha… *nyengir.
Oalaaah….yang saya minati kan banyak, apakah saya ini anak multitallent? Hahahahah *menghibur diri sendiri.

*terima kasih untuk orang yang sudah memberi buku "7 keajaiban rezeki" pada saya...

Tuesday 16 July 2013

kini kumengerti,Bapak

Tuesday, July 16, 2013 0 Comments


Kebiasaan menunda-nunda pekerjaan itu benar-benar harus dilenyapkan. Toh ini juga ada ayatnya, al-asr (demi masa). Memang yah manusia, apa harus nunggu disentil dulu baru bertindak?
berikut akan sedikit saya beberkan pengalaman buruk saya yang mungkin bisa jadi pelajaran berharga bagi anda. Meskipun ini sedikit membongkar aib saya, hihihi….
Ceritanya begini,
Berawal pengen taraweh di tempat yang berbeda dari biasanya, saya dan mbak kos berangkat taraweh ke masjid manarul ITS naik sepeda motor saya. Di tengah perjalanan, dan pas di tengah jalan, sepeda motor saya berhenti dengan tidak wajar. Bayangkan! PAS DI TENGAH JALAN meeen. Untung malaikat ijroil sedang tidak berada di TKP, Alhamdulillah saya masih selamat dari ancaman mobil-mobil yang melaju di belakang saya. Sepeda motor di majuin nggak bisa, dimundurin juga nggak bisa. Ya salam ternyata rantenya nyelip dan putus. Dari kemaren memang longgar. Sudah tahu longgar mbok ya segera diservickan, eh namanya manusia yang kurang menghargai waktu ya, malah menunda-nunda. “besok siang saja”. Besok siangnya, “ah besok pulang UAS aja”, pas pulang UAS, “besok aja pas ngganggur”, padahal ya banyak nganggurnya sih. Lagi-lagi, ah manusia.
Sampai-sampai ada malaikat tanpa sayap, dua orang pemuda tak dikenal yang mau berbaik hati pada kami. Memindahkan sepeda motor ke tepi dan mengeluarkan rante yang nyelip. Setelah diskusi sebentar, akhirnya saya dipinjemi sepeda motor pemuda itu untuk membeli rante dan masnya menyanggupi untuk memasangkan rante baru. Saya dan mbak kos menyusuri sepanjang jalan mulyosari sampai ujung tapi nggak nemu toko yang jual rante sepeda motor yang masih buka. Ya sudah, memang nasib. Kuputuskan untu kembali ke TKP.
Saat perjalanan kembali ke TKP, ini otak sepertinya baru berfungsi. Bodohnya diriku begitu mudahnya melepas sepeda motor pada orang yang nggak dikenal. Gimana kalo sepedaku dibawa kabur. Toh yang rusak Cuma rante. Ini sepeda masnya yang tak bawa juga jauh lebih buruk dari sepedaku, belum tentu juga punya masnya sendiri. Haduh ya Allah…deg deg deg ini rasanya.
Pas sampai, melihat masnya duduk termenung menunggu kedatanganku itu rasanya subhanallah dan alhamdulilah sangat. Baik sekali orang ini. Membuatku menyesal telah bersu’udzan pada masnya tadi. ingin memberi sedikit imbalan pada masnya atas perlakuan baiknya, tapi lagi-lagi masnya baik sekali tidak menerima pemberianku.
Setelah kejadian ini, aku telfon bapak dan bercerita pada bapak. Haduhh malah ditertawakan sama bapak. Untung saja pemuda itu benar-benar orang baik dan tidak membawa kabur sepeda motorku. Hidup ini memang keras, jarang sekali bertemu dengan orang baik, apalagi di kota besar seperti Surabaya.
Hehe…kini ku mengerti, Bapak. Untuk anak ceroboh seperti aku ini pantas dibawain sepeda jelek-jelek saja. Untung saja yang tak bawa nggak sepeda motor baru.hahaha
Ya, begitulah cerita kecerobohan saya.
Pelajaran bagi anda, jangan suka nunda-nunda pekerjaan. Kasih tuh perhatian lebih untuk kendaraan anda haha. Dan jangan mudah percaya sama orang asing. Ya untungnya sih nasib saya pas bejo bertemu dengan pemuda baik itu. Di lain cerita, orang yang bernasib mirip dengan saya, sepedanya dibawa kabur sama orang yang sok baik menolongnya (kalau ini cerita dari bapak saya) hehee….
Sekiaaaaaan…

Follow Instagramku