Ketika
membaca novel Api Tauhid ini saya bingung, ini buku fiksi apa non-fiksi ya? Cerita
pendukungnya, yaitu tentang sejarah Turki dan Ulama Badiuzzaman Said Nursi
sangat mendominasi. Bisa dibilang novel ini seperti buku Biografi Badiuzzaman
Said Nursi. Karena menceritakan Said nursi dari lahir, masa kecilnya, hingga
beliau wafat. Padahal saya penasaran dengan kisah tokoh Fahmi di awal-awal bab
yang tiba-tiba menikah, lalu tiba-tiba dituntut cerai oleh istrinya. "Loh,
kenapa? Loh, ada apa?", saya penasaran banget.
Pada awal bab diceritakan Tokoh Fahmi yang
sedang beri'tikaf dalam masjid Nabawi. Fahmi berniat menghatamkan Alquran
sebanyak 40 kali bil ghaib tidak dengan bin nadzar (alias
menghafal, tanpa melihat teks alquran). Ali, teman Fahmi sejak dari pesantren
di Indonesia dan sama-sama belajar di Universitas Madinah heran dengan apa yang
dilakukan Fahmi tersebut. Karena Fahmi berhari-hari hanya i'tikaf dan keluar
masjid hanya untuk menunaikan urusannya layaknya manusia : makan, minum, buang
hajat, dan bersuci. Ali khawatir dengan kondisi temannya karena dinilai terlalu
memaksakan diri.
Pada hari kelima Fahmi
i'tikaf, Ali dan Hamza, teman sekelas Fahmi yang asli Turki, menjemput Fahmi ke
masjid ingin membujuk agar Fahmi menyelesaikan i'tikafnya dan kembali ke kampus
melanjutkan tesisnya. Ali dan hamza terkejut menemukan Fahmi sudah dalam
keadaan pingsan dan keluar darah dari hidungnya.
Semua
itu dilakukan Fahmi karena Fahmi sedang mengalami masa-masa berat. Nuzula, anak
Kyai Arselan yang baru saja dinikahinya di Tanah Air ketika liburan, menuntut
cerai tanpa sebab dan tanpa alasan yang jelas bagi Fahmi. I'tikaf dan
mengkhatamkan Alquran dilakukan Fahmi untuk mengadukan kesedihanya. Hanya
kepada Allah Fahmi menuangkan segala perasaannya. Ia berharap bisa melawan
cahaya cintanya yang suci pada Nuzula dengan cahaya cinta yang lebih agung,
yaitu cahaya cinta pada Ilahi.
Setelah
Fahmi sembuh dan keluar dari rumah sakit, mereka memutuskan ikut Hamza pulang
kampung, yaitu ke Turki sebagai bentuk refreshing. Namun Ali tidak ikut karena
harus pulang ke Indonesia. Fahmi berangkat ke Turki bersama Hamza dan Subki,
mahasiswa dari Indoneisa juga.
Di Turki Fahmi bertemu
Aysel, sepupu sekaligus saudara sepersusuan Hamzah, Emel, adik kandung hamzah,
serta Bilal, teman hamzah sesama thulabun
nur. Thulabun
nur adalah sebutan untuk murid-murid atau pengikut ajaran Risalah Nur
karya Badiuzzaman Said Nursi yang sangat terkenal. Mereka melakukan perjalanan
rihlah menyusuri Turki melihat bentang alam yang maasyaallah indahnya dan
sejarah-sejarah yang telah terukir disana. Dari sinilah dimulainya kisah
sejarah Badiuzzaman Said Nursi dituturkan oleh Hamzah dan Bilal kepada
teman-temannya.
Hampir
seluruh isi novel Api Tauhid ini bercerita tentang sejarah Turki dan biografi
Said Nursi. Kisah sejarahnya disajikan melalui tokoh Hamzah dan Bilal yang
bercerita kepada teman-temannya, yaitu Fahmi, Subki, Aysel, dan Emel selama
perjalanan mereka rihlah menyusuri keindahan sejarah Turki. Selama membaca
kisah sejarahnya, sebenarnya saya ingin segera sampai pada bab bagaimana
kelanjutan pernikahan Fahmi.
Bagi pecinta sejarah,
novel Api Tauhid ini bisa menjadi bacaan wajib. Karena di dalamnya, Kang Abik
banyak menuturkan cerita-cerita sejarah. Seperti sejarah lahirnya Kota
Byzantium, Kisah perang Mu'tah, perebutan kota Konstantinopel, dan yang paling
utama adalah sejarah Badiuzzaman Said Nursi.
Mata pelajaran saat
sekolah yang paling susah menurut saya adalah sejarah. Karena saya harus
menghafal setiap kejadian, waktu, berikut nama-nama tokoh dan tempatnya yang
tidak jarang terasa asing di telinga dan sulit diucapkan. Sungguh terasa
seperti beban berat saat belajar sejarah. Namun membaca novel ini saya terasa
hanyut dalam kisah. Lembar demi lembar saya baca dengan lahap. Sambil terus
penasaran akan seperti apa nasib cinta Fahmi pada akhirnya.
Ternyata membaca
sejarah tidak seberat itu. Dalam novel ini diceritakan sejarah hidup Badiuzaman
Said Nursi sejak zaman kekhalifahan Turki Ustmani sampai dengan Turki Modern
secara mengasyikkan. Said Nursi yang terlahir pada tahun 1887 di desa Nurs,
bagian dari Tanah Kurdistan, selama hidupnya terus diisi dengan belajar dan
belajar. Sejak kecil Said Nursi selalu haus akan ilmu pengetahuan. Puluhan
kitab telah ia hafal di usia sangat belia. Ilmu yang seharusnya perlu ditempuh
dalam waktu 15 tahun hanya diselesaikan Said Nursi dalam waktu 3 bulan saja.
Said Nursi pernah membaca lima halaman kitab dengan sekali baca saja sudah bisa
hafal teksnya tanpa kurang sedikitpun.
Pada usia yang baru 15
tahun, Said Nursi telah menguasai ilmu mereka yang berumur 30 tahun bahkan 40
tahun dan menghabiskan umurnya itu untuk belajar ilmu agama. Said Nursi
merupakan wujud dari "kesucian cinta karena Allah akan melahirkan
keberkahan dan keajaiban yang tidak pernah disangka-sangka". Said
Nursi memang dilahirkan dari orang tua yang sangat menjaga diri dari segala
yang haram. Ayah Said Nursi yang bernama Mirza, pada masa mudanya menggambala
lembu. Lembu-lembu tersebut juga sangat dijaga agar tidak memakan rumput yang
tidak halal dari kebun orang. Oleh karena itu, lembu-lembu tersebut diikat
mulutnya oleh Mirza sepanjang perjalanan menuju padang rumput umum yang halal
untuk siapa saja.
Suatu hari saat Mirza
ketiduran karena terlalu kecapekan, lembu itu lepas dan makan rumput di kebun
orang. Mirza memohon kepada pemilik kebun tersebut agar dihalalkan rumput itu
untuknya. Melihat pemuda yang berbudi pekerti luhur tersebut, pemilik kebun
meminta agar Mirza menikah dengan anak gadisnya, yaitu Nuriye. Nuriye juga
dididik orang tuanya dengan sangat baik sehingga sudah hafal Alquran. Mirza dan
Nuriye akhirnya menikah, pertemuan suci itu membuahkan anugerah, salah satunya
berupa Said Nursi, Sang Badiuzzaman, Keajaiban Zaman. Badiuzzaman adalah
gelar Said Nursi yang diberikan Syaikh Molla Fethullah, ulama terbesar di
daerah Siirt pada masanya.
Keberanian yang
melekat pada jiwa Badiuzzaman Said Nursi sejak kecil mengantarkannya pada
perjuangan menyalakan Api Tauhid di tanah Turki. Keteguhan tauhid dalam jiwa
Said Nursi sangat kokoh. Berapapun musuh yang ia hadapi, Said Nursi selalu
berada di garis terdepan melawan musuh-musuh Allah. Biarpun peluru memberondong
dirinya, keyakinan hanya Allah yang menentukan akhir ajal manusia menjadi
kekuatan yang sulit untuk diruntuhkan.
Pada Perang Dunia I,
sebenarnya Said Nursi tidak ingin berperang. Beliau ingin berada di pihak
netral saja. karena ia mencintai cinta dan memusuhi permusuhan. Karena
sesungguhnya Turki Ustmani sedang tidak siap secara apapun untuk terlibat dalam
Perang Dunia I. Tidak siap secara mental, ekonomi, kekuatan militer, dan
ketahanan sosial. Akan tetapi, orang-orang yang menginingkan Kekhilafahan
Turki Ustamni runtuh diam-diam bergerak dan membuat kesepakatan dengan
pihak-pihak yang berperang itu, lalu memaksa Sultan Mehmet Resad untuk ikut
berperang. Maka mau tidak mau Said Nursi harus berjuang untuk menjadi ksatria
yang membela agama, bangsa, dan tanah airnya dengan segenap kehormatan dan
cinta.
"Berjihadlah di
jalan Allah! Allah Maha Penolong! Peluru dan granat tidak bisa membunuh kalian!
Hanya kekuasaan Allah yang membunuh kalian! Kalau sudah ajalnya dimana saja
kalian berlindung kalian akan tetap dijemput kematian! kalau belum ajal, peluru
dan granat tidak akan bisa membunuh kalian!"
Itulah seruan yang
dilantangkan Said Nursi pada pasukan Ustmani dan membangkitkan semangat yang
luar biasa membara.
Akhir Perang Dunia I
itu benar-benar menjadi bencana dan musibah bagi uat, dan bangsa Turki Ustmani
khususnya. Sultan Mehmed V Resad wafat kemudian digantikan oleh Mehmet VI
Vahideddin, yang juga hanya menjadi wayang pemerintahan yang saat itu
dikungkungi CUP (Committee of Union and Progress). Para pembesar CUP
adalah orang-orang sekuler.
Sekulerisme semakin
menjadi-jadi mulai tahun 1922 sampai 1940. Mulai tahun 1922, kaum sekuler
mengeluarkan keputusan Khalifah hanya sebagai simbol yang bersifat religius dan
harus tunduk pada negara. Tahun 1923 Ankara dijadikan Ibu Kota Turki karena
mereka ingin lepas dari semua masa lalu pemerintahan Islam di Istanbul. Tahun
1923 Mustafa kemal dipilih menjadi presiden pertamanya. Tahun 1924 pendidikan
agama dihapus, kementerian Wakaf dan Urusan Agama juga dihapus. tahun 1925
penanggalan Rumi yang biasa dipakai oleh ustmani diganti menjadi penanggalan
Gregorian Eropa, ziarah ke makam wali dilarang, dan untuk pertama kalinya
diadakan pesta dansa bercampur dengan lelaki di Turki. Juga imam masjid
dilarang memakai jubah, harus memakai pakaian ala Eropa. Tahun 1926 menghapus
pernikahan secara syariat, harus menikah menurut hukum sipil Eropa, mahar
dihapus, suami tidak punya hak menalak, anak gadis dibebaskan sebebas-bebasnya
memiih pasangan dari agama apapaun, lelaki dan perempuan sama bagian
warisannya. Tahun 1927 Semua simbl Daulah ustmaniyah dihapus. Tahun 1928 Khutbah
jumat menggunakan bahasa turki untuk pertama kalinya dilakukan, yang sebelumya
selama 470 tahun khutbah jumat di turki menggunakan bahsa Arab. Tahun 1928
penggunaan huruf hijaiyyah dilarang dan diganti huruf latin. Sebanyak 90 masjid
ditutup, termasuk masjid Aya Sofia yang menjadi pusat peribadatan umat islam,
sejak Konstantinopel ditaklukkan. Tahun 1932 diperlakukan membaca Alquran hanya
terjemahannnya saja. Adzan dilarang menggunakan lafal aslinya, melainkan harus
mengunakan Bahasa Turki. Dan pada tahun itulah Turki pertama kalinya ikut
kontes ratu kecantikan dunia, yang sebelumnya sangat aib bagi perempuan Turki
pamer aurat. Tahun 1935 hari minggu dijadikan hari libur menggantikan hari
Jumat.
Innalillahiwainnailairajiun....
Kang Abik sukses membangkitkan
minat saya untuk semakin mencari tahu sejarah-sejarah Islam dan dunia masa
lalu. Betapa tidak, beberapa kisah sejarah dimampatkan menjadi sangat padat
dalam satu novel ini. Setelah membaca novel ini, saya melakukan
browsing-browsing dan melihat video di youtube terkait sejarah Turki yang
membuat saya semakin penasaran dan ingin langsung terbang kesana.
Ketika masa
sekulerisme semakin merajalela, Said Nursi ditahan dan diasingkan dari satu
penjara ke penjara lainnya selama 25 tahun. Tetapi rahmat Allah selalu
menyelimuti Said Nursi. Dalam tahanan Barla yang sangat jauh dari jangkauan
publik, Said Nursi memulai menulis Risalah Nur, salah satu karyanya yang sangat
fenomenal. Dari Barla tersebut Risalah Nur yang ditulis Said Nursi disalin dan
digandakan dengan tulis tangan oleh muridnya secara diam-diam
karena pada saat itu ada pelarangan menulis menggunakan bahasa arab. Lagi-lagi
pertolongan Allah selalu datang. Risalah Nur menyebar luas dan menyalakan Api
Tauhid di negeri Turki.
Di akhir novel ini
ditutup dengan kisah nasib cinta Fahmi. Tokoh-tokoh yang disajikan dalam novel
ini menunjukkan bagaimana seorang muslim menghadapi masalah pelik. Seperti saat
Fahmi ditahan bersama Aysel oleh orang-orang Eropa yang ingin menjual Aysel.
Aysel pada dasarnya adalah perempuan baik Turki, tetapi karena salah pergaulan
di Eropa membuat dia tergelincir dan mengenal orang-orang yang pada akhirnya
berniat jahat pada Aysel, sehingga Fahmi terkena getahnya meskipun tidak melakukan
kesalahan sedikitpun pada orang-orang itu. Namun Fahmi begitu lapang dada
menghadapi semuanya. Seperti nabi Yusuf yang dimakan ikan paus dalam
perutnya di dalam laut yang dalam di malam yang gelap. Fahmi pun di tahan dalam
ruangan kemudian dimasukkan tiga anjing buas yang kelaparan siap menerkam.
Dengan kekuatan dzikir pada Allah SWT semua anjing-anjing itu tunduk.
Teman-teman harus
membaca juga novel ini untuk membuka cakrawala lebih luas dan tentunya untuk
menyalakan api tauhid dalam jiwa kita.
No comments:
Post a Comment