Friday 12 April 2019

# Buku

[Review Buku] Cerita Sejarah dan Cinta dalam Novel Api Tauhid



Ketika membaca novel Api Tauhid ini saya bingung, ini buku fiksi apa non-fiksi ya? Cerita pendukungnya, yaitu tentang sejarah Turki dan Ulama Badiuzzaman Said Nursi sangat mendominasi. Bisa dibilang novel ini seperti buku Biografi Badiuzzaman Said Nursi. Karena menceritakan Said nursi dari lahir, masa kecilnya, hingga beliau wafat. Padahal saya penasaran dengan kisah tokoh Fahmi di awal-awal bab yang tiba-tiba menikah, lalu tiba-tiba dituntut cerai oleh istrinya. "Loh, kenapa? Loh, ada apa?", saya penasaran banget.

Pada awal bab diceritakan Tokoh Fahmi yang sedang beri'tikaf dalam masjid Nabawi. Fahmi berniat menghatamkan Alquran sebanyak 40 kali bil ghaib tidak dengan bin nadzar (alias menghafal, tanpa melihat teks alquran). Ali, teman Fahmi sejak dari pesantren di Indonesia dan sama-sama belajar di Universitas Madinah heran dengan apa yang dilakukan Fahmi tersebut. Karena Fahmi berhari-hari hanya i'tikaf dan keluar masjid hanya untuk menunaikan urusannya layaknya manusia : makan, minum, buang hajat, dan bersuci. Ali khawatir dengan kondisi temannya karena dinilai terlalu memaksakan diri.

Pada hari kelima Fahmi i'tikaf, Ali dan Hamza, teman sekelas Fahmi yang asli Turki, menjemput Fahmi ke masjid ingin membujuk agar Fahmi menyelesaikan i'tikafnya dan kembali ke kampus melanjutkan tesisnya. Ali dan hamza terkejut menemukan Fahmi sudah dalam keadaan pingsan dan keluar darah dari hidungnya.

Semua itu dilakukan Fahmi karena Fahmi sedang mengalami masa-masa berat. Nuzula, anak Kyai Arselan yang baru saja dinikahinya di Tanah Air ketika liburan, menuntut cerai tanpa sebab dan tanpa alasan yang jelas bagi Fahmi. I'tikaf dan mengkhatamkan Alquran dilakukan Fahmi untuk mengadukan kesedihanya. Hanya kepada Allah Fahmi menuangkan segala perasaannya. Ia berharap bisa melawan cahaya cintanya yang suci pada Nuzula dengan cahaya cinta yang lebih agung, yaitu cahaya cinta pada Ilahi.


Setelah Fahmi sembuh dan keluar dari rumah sakit, mereka memutuskan ikut Hamza pulang kampung, yaitu ke Turki sebagai bentuk refreshing. Namun Ali tidak ikut karena harus pulang ke Indonesia. Fahmi berangkat ke Turki bersama Hamza dan Subki, mahasiswa dari Indoneisa juga.


Di Turki Fahmi bertemu Aysel, sepupu sekaligus saudara sepersusuan Hamzah, Emel, adik kandung hamzah, serta Bilal, teman hamzah sesama thulabun nurThulabun nur adalah sebutan untuk murid-murid atau pengikut ajaran Risalah Nur karya Badiuzzaman Said Nursi yang sangat terkenal. Mereka melakukan perjalanan rihlah menyusuri Turki melihat bentang alam yang maasyaallah indahnya dan sejarah-sejarah yang telah terukir disana. Dari sinilah dimulainya kisah sejarah Badiuzzaman Said Nursi dituturkan oleh Hamzah dan Bilal kepada teman-temannya.

Hampir seluruh isi novel Api Tauhid ini bercerita tentang sejarah Turki dan biografi Said Nursi. Kisah sejarahnya disajikan melalui tokoh Hamzah dan Bilal yang bercerita kepada teman-temannya, yaitu Fahmi, Subki, Aysel, dan Emel selama perjalanan mereka rihlah menyusuri keindahan sejarah Turki. Selama membaca kisah sejarahnya, sebenarnya saya ingin segera sampai pada bab bagaimana kelanjutan pernikahan Fahmi.

Bagi pecinta sejarah, novel Api Tauhid ini bisa menjadi bacaan wajib. Karena di dalamnya, Kang Abik banyak menuturkan cerita-cerita sejarah. Seperti sejarah lahirnya Kota Byzantium, Kisah perang Mu'tah, perebutan kota Konstantinopel, dan yang paling utama adalah sejarah Badiuzzaman Said Nursi.

Mata pelajaran saat sekolah yang paling susah menurut saya adalah sejarah. Karena saya harus menghafal setiap kejadian, waktu, berikut nama-nama tokoh dan tempatnya yang tidak jarang terasa asing di telinga dan sulit diucapkan. Sungguh terasa seperti beban berat saat belajar sejarah. Namun membaca novel ini saya terasa hanyut dalam kisah. Lembar demi lembar saya baca dengan lahap. Sambil terus penasaran akan seperti apa nasib cinta Fahmi pada akhirnya.

Ternyata membaca sejarah tidak seberat itu. Dalam novel ini diceritakan sejarah hidup Badiuzaman Said Nursi sejak zaman kekhalifahan Turki Ustmani sampai dengan Turki Modern secara mengasyikkan. Said Nursi yang terlahir pada tahun 1887 di desa Nurs, bagian dari Tanah Kurdistan, selama hidupnya terus diisi dengan belajar dan belajar. Sejak kecil Said Nursi selalu haus akan ilmu pengetahuan. Puluhan kitab telah ia hafal di usia sangat belia. Ilmu yang seharusnya perlu ditempuh dalam waktu 15 tahun hanya diselesaikan Said Nursi dalam waktu 3 bulan saja. Said Nursi pernah membaca lima halaman kitab dengan sekali baca saja sudah bisa hafal teksnya tanpa kurang sedikitpun.

Pada usia yang baru 15 tahun, Said Nursi telah menguasai ilmu mereka yang berumur 30 tahun bahkan 40 tahun dan menghabiskan umurnya itu untuk belajar ilmu agama. Said Nursi merupakan wujud dari "kesucian cinta karena Allah akan melahirkan keberkahan dan keajaiban yang tidak pernah disangka-sangka". Said Nursi memang dilahirkan dari orang tua yang sangat menjaga diri dari segala yang haram. Ayah Said Nursi yang bernama Mirza, pada masa mudanya menggambala lembu. Lembu-lembu tersebut juga sangat dijaga agar tidak memakan rumput yang tidak halal dari kebun orang. Oleh karena itu, lembu-lembu tersebut diikat mulutnya oleh Mirza sepanjang perjalanan menuju padang rumput umum yang halal untuk siapa saja.

Suatu hari saat Mirza ketiduran karena terlalu kecapekan, lembu itu lepas dan makan rumput di kebun orang. Mirza memohon kepada pemilik kebun tersebut agar dihalalkan rumput itu untuknya. Melihat pemuda yang berbudi pekerti luhur tersebut, pemilik kebun meminta agar Mirza menikah dengan anak gadisnya, yaitu Nuriye. Nuriye juga dididik orang tuanya dengan sangat baik sehingga sudah hafal Alquran. Mirza dan Nuriye akhirnya menikah, pertemuan suci itu membuahkan anugerah, salah satunya berupa Said Nursi, Sang Badiuzzaman, Keajaiban Zaman. Badiuzzaman adalah gelar Said Nursi yang diberikan Syaikh Molla Fethullah, ulama terbesar di daerah Siirt pada masanya. 

Keberanian yang melekat pada jiwa Badiuzzaman Said Nursi sejak kecil mengantarkannya pada perjuangan menyalakan Api Tauhid di tanah Turki. Keteguhan tauhid dalam jiwa Said Nursi sangat kokoh. Berapapun musuh yang ia hadapi, Said Nursi selalu berada di garis terdepan melawan musuh-musuh Allah. Biarpun peluru memberondong dirinya, keyakinan hanya Allah yang menentukan akhir ajal manusia menjadi kekuatan yang sulit untuk diruntuhkan.

Pada Perang Dunia I, sebenarnya Said Nursi tidak ingin berperang. Beliau ingin berada di pihak netral saja. karena ia mencintai cinta dan memusuhi permusuhan. Karena sesungguhnya Turki Ustmani sedang tidak siap secara apapun untuk terlibat dalam Perang Dunia I. Tidak siap secara mental, ekonomi, kekuatan militer, dan ketahanan sosial. Akan tetapi, orang-orang yang menginingkan Kekhilafahan Turki Ustamni runtuh diam-diam bergerak dan membuat kesepakatan dengan pihak-pihak yang berperang itu, lalu memaksa Sultan Mehmet Resad untuk ikut berperang. Maka mau tidak mau Said Nursi harus berjuang untuk menjadi ksatria yang membela agama, bangsa, dan tanah airnya dengan segenap kehormatan dan cinta.

"Berjihadlah di jalan Allah! Allah Maha Penolong! Peluru dan granat tidak bisa membunuh kalian! Hanya kekuasaan Allah yang membunuh kalian! Kalau sudah ajalnya dimana saja kalian berlindung kalian akan tetap dijemput kematian! kalau belum ajal, peluru dan granat tidak akan bisa membunuh kalian!"

Itulah seruan yang dilantangkan Said Nursi pada pasukan Ustmani dan membangkitkan semangat yang luar biasa membara.

Akhir Perang Dunia I itu benar-benar menjadi bencana dan musibah bagi uat, dan bangsa Turki Ustmani khususnya. Sultan Mehmed V Resad wafat kemudian digantikan oleh Mehmet VI Vahideddin, yang juga hanya menjadi wayang pemerintahan yang saat itu dikungkungi CUP (Committee of Union and Progress). Para pembesar CUP adalah orang-orang sekuler.

Sekulerisme semakin menjadi-jadi mulai tahun 1922 sampai 1940. Mulai tahun 1922, kaum sekuler mengeluarkan keputusan Khalifah hanya sebagai simbol yang bersifat religius dan harus tunduk pada negara. Tahun 1923 Ankara dijadikan Ibu Kota Turki karena mereka ingin lepas dari semua masa lalu pemerintahan Islam di Istanbul. Tahun 1923 Mustafa kemal dipilih menjadi presiden pertamanya. Tahun 1924 pendidikan agama dihapus, kementerian Wakaf dan Urusan Agama juga dihapus. tahun 1925 penanggalan Rumi yang biasa dipakai oleh ustmani diganti menjadi penanggalan Gregorian Eropa, ziarah ke makam wali dilarang, dan untuk pertama kalinya diadakan pesta dansa bercampur dengan lelaki di Turki. Juga imam masjid dilarang memakai jubah, harus memakai pakaian ala Eropa. Tahun 1926 menghapus pernikahan secara syariat, harus menikah menurut hukum sipil Eropa, mahar dihapus, suami tidak punya hak menalak, anak gadis dibebaskan sebebas-bebasnya memiih pasangan dari agama apapaun, lelaki dan perempuan sama bagian warisannya. Tahun 1927 Semua simbl Daulah ustmaniyah dihapus. Tahun 1928 Khutbah jumat menggunakan bahasa turki untuk pertama kalinya dilakukan, yang sebelumya selama 470 tahun khutbah jumat di turki menggunakan bahsa Arab. Tahun 1928 penggunaan huruf hijaiyyah dilarang dan diganti huruf latin. Sebanyak 90 masjid ditutup, termasuk masjid Aya Sofia yang menjadi pusat peribadatan umat islam, sejak Konstantinopel ditaklukkan. Tahun 1932 diperlakukan membaca Alquran hanya terjemahannnya saja. Adzan dilarang menggunakan lafal aslinya, melainkan harus mengunakan Bahasa Turki. Dan pada tahun itulah Turki pertama kalinya ikut kontes ratu kecantikan dunia, yang sebelumnya sangat aib bagi perempuan Turki pamer aurat. Tahun 1935 hari minggu dijadikan hari libur menggantikan hari Jumat. 

Innalillahiwainnailairajiun....

Kang Abik sukses membangkitkan minat saya untuk semakin mencari tahu sejarah-sejarah Islam dan dunia masa lalu. Betapa tidak, beberapa kisah sejarah dimampatkan menjadi sangat padat dalam satu novel ini. Setelah membaca novel ini, saya melakukan browsing-browsing dan melihat video di youtube terkait sejarah Turki yang membuat saya semakin penasaran dan ingin langsung terbang kesana.

Ketika masa sekulerisme semakin merajalela, Said Nursi ditahan dan diasingkan dari satu penjara ke penjara lainnya selama 25 tahun. Tetapi rahmat Allah selalu menyelimuti Said Nursi. Dalam tahanan Barla yang sangat jauh dari jangkauan publik, Said Nursi memulai menulis Risalah Nur, salah satu karyanya yang sangat fenomenal. Dari Barla tersebut Risalah Nur yang ditulis Said Nursi disalin dan digandakan dengan tulis tangan  oleh  muridnya secara diam-diam karena pada saat itu ada pelarangan menulis menggunakan bahasa arab. Lagi-lagi pertolongan Allah selalu datang. Risalah Nur menyebar luas dan menyalakan Api Tauhid di negeri Turki.

Di akhir novel ini ditutup dengan kisah nasib cinta Fahmi. Tokoh-tokoh yang disajikan dalam novel ini menunjukkan bagaimana seorang muslim menghadapi masalah pelik. Seperti saat Fahmi ditahan bersama Aysel oleh orang-orang Eropa yang ingin menjual Aysel. Aysel pada dasarnya adalah perempuan baik Turki, tetapi karena salah pergaulan di Eropa membuat dia tergelincir dan mengenal orang-orang yang pada akhirnya berniat jahat pada Aysel, sehingga Fahmi terkena getahnya meskipun tidak melakukan kesalahan sedikitpun pada orang-orang itu. Namun Fahmi begitu lapang dada menghadapi semuanya. Seperti nabi Yusuf  yang dimakan ikan paus dalam perutnya di dalam laut yang dalam di malam yang gelap. Fahmi pun di tahan dalam ruangan kemudian dimasukkan tiga anjing buas yang kelaparan siap menerkam. Dengan kekuatan dzikir pada Allah SWT semua anjing-anjing itu tunduk.

Teman-teman harus membaca juga novel ini untuk membuka cakrawala lebih luas dan tentunya untuk menyalakan api tauhid dalam jiwa kita.


No comments:

Post a Comment

Follow Instagramku