Dimana
ada pertemuan, disitu pula akan ada perpisahan. Dimana ada awal disitu pula
akan ada akhir. Tahun 2014 merupakan tahun yang excited banget untuk keluarga saya. karena mas saya telah
menyelesaikan studinya dan adek saya bisa melanjutkan ke perguruan tinggi
negeri dan masuk jurusan yang sama dengan mas saya. yah, bisa pas banget gitu. Syukur
Alhamdulillah, ya Allah...
Sudah
tidak asing di telinga kita cerita tentang masa pengkaderan untuk mahasisa
baru. Hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia mempunyai masa pengkaderan
untuk mahasiswa barunya, tentu dengan jalan dan cara yang berbeda-beda. Begitu pula
dengan jurusan kuliah adek saya. Salah satu kegiatan mahasiswa barunya yaitu
menyambut kakak kelas yang wisuda. Mahasiwa baru melakukan arak-arakan, atau meramaikan hari
istimewa dengan bernyanyi dan berjargon ria. Terik matahari tidak mengurangi
dentuman jargon-jargon para mahasiwa baru di sekitar gedung tempat wisuda.
Saat
itu saya dan ibuk duduk di teras gedung wisuda. Di depan kami ada segerombolan pasukan
merah (dresscode jurusan adek saya)
penuh semangat bernyanyi dan berjargon ria. Keringat bercucuran. Suara lantang
sampai serak-serak sampai uratnya terlihat. Cukup melihatnya saja rasa haus
bisa saya rasakan. Duh kasihaaan. Para seniornya memberi mereka minum. Satu
botol untuk berbanyak anak dan setiap anak mendapat minum SETUTUP BOTOL. Bayangkan
SETUTUP BOTOL lhoh. Itu minum apa nelen ludah? (maaf). Yah....saya tahu, di
balik semua itu pasti para senior punya tujuan baik, saling berbagi mungkin
salah satunya. Ibuk yang menyaksikan putranya dengan mata kepala dan mata hati
sendiri tergerak hatinya untuk mengambil sebotol air minum yang ada di
sampingnya. Bukan untuk diserahkan kepada mereka. Ibuk membuka botol tersebut,
menuangkan air ke tutup botolnya kemudian meminumnya. “ngapain buk?”. Tanya saya pada ibuk. “pengen ngrasain”. Jawab ibuk singkat.
Wahai
engkau anak orang tua siapa saja, apakah kalian pernah (ingin ikut) merasakan
apa yang dirasakan orang tua kita? Bagaimana perjuangan orang tua menyekolahkan
kita? Bagaimana pengorbanan orang tua menuruti segala permintaan kita? Bagaimana?
saya rasa itu sangatlah berat. Dengan kekuatan cinta yang besar kepada anak,
orang tua dengan ringan dan senang hati melakukannya. Tugas kita sebagai anak
cukup berbaik dan berbakti pada orang tua. Mau membalas? Saya rasa tidak akan
bisa terbalas jasa besarnya. Terlalu besar dan amat terlalu besar untuk
dibalas.
hooo ya begitulah, hal hal yang mengatasnamakan "kebersamaan" ya?
ReplyDeleteaku sendiri juga masih bingung sih, di satu sisi kebersamaan itu emang penting. tapi di sisi lain, haruskah dengan cara-cara seperti itu? mungkin kalo nggak mau disebut perploncoan tapi ya kok gitu. aku sendiri juga belom ngerti cara lain buat menanamkan kebersamaan. jadi ya sejauh ini cuma bisa diem
ahhh..kalo bahas itu nanti bisa panjang dan penuh pro kontra mas. point dalam postingan ini sebenarnya terletak pada cerita ibuku hehe....
ReplyDelete