“lewat radio.....aku sampaikan
Kerinduan yang
lama terpendam”
–Sheila On 7-
A
:Siapakah penemu radio pertama kali?
B
:Si Dudung.
A
:Kok Dudung?
B
:Iya, soalnya radioku kemarin hilang, terus ditemuin Dudung
A
: ??$%^&$^%&%^*%??
Hahahahaha...
(terserah kalian mau tertawa atau tidak,
itu hanya lelucon yang sudah kelewat basi)
Masih
teringat pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) kelas 6 MI (Madrasah
Ibtidaiyyah) atau SD dulu, dalam bab transportasi dan komunikasi (saya lupa bagaimana redaksi lebih tepatnya, intinya tentang tranportasi dan komunikasi),
dalam pelajaran itu saya mengetahui bahwa radio pertama kali ditemukan oleh
marconi. Mudah banget untuk menghafal namanya, karena mirip dengan nama
makanan, hehe.. apa hayooo...??? iya, makroni.
Pada tahun 2014
ini, apakah masih banyak orang yang menggunakan radio sebagai salah satu sumber
informasi atau hiburan? Kalau saya sih, IYA.
Saya
termasuk orang yang cinta musik. Tapi saya tidak bisa bernyanyi (seperti
penyanyi), apalagi memainkan alat musik (seperti para musisi). Tidak ada bakat
sama sekali. Saya hanya ahli mendengar musik (jiah, semua orang juga bisa). Ngomong-ngomong soal bakat, kata ARYO
‘ASIK’ penulis buku “YOU ARE WHAT YOU THINK” sebenarnya bakat itu tidak ada, yang ada hanyalah action. memang benar, punya
bakat tapi nggak pernah diasah itu sama dengan bohong. Orang yang nggak punya bakat
tapi selalu action untuk berlatih,
maka waktu dan ketekunan akan
menjadikannya bisa. (cukup disini
pembahasan soal bakat, kapan-kapan akan saya bahas dalam judul tersendiri ya. Kita
kembali ke radio). Iya, jadi saya lebih suka acara musik, daripada sinetron
atau film. Terkadang saya menyalakan televisi hanya karena biar nggak sepi aja.
TV menyala tapi apa yang saya lakukan? Saya malah membaca buku, maenan hp atau
ngapain gitu yang lain, malah TV yang menonton saya. Jadi radio menjadi media
yang bisa menghibur saya, yang bisa memberikan informasi dan pengetahuan juga. Ada
radio (saya lupa namanya) yang pada
waktu-waktu tertentu memberikan kosakata-kosakata yang tak umum digunakan dan memberi penjelasannya. Dari radio tersebut
saya juga belajar.
Saya
akrab dengan radio sejak masih duduk di bangku MTs (Madrasah Tsanawiyah) atau
SMP. Awalnya Bapak membeli tape yang dilengkapi dengan fitur radio juga, saya
kurang tahu pasti apa latar belakang, maksud, dan tujuan Bapak membeli barang
tersebut (nggak perlu pendahuluan,
perumusan masalah, dan kesimpulan yaa karena ini bukan karya ilmiah haha).
waktu itu radionya ditaruh di kamarnya mas. Mas saya sering memutar radio, dulu
yang sering diputar adalah radio EBS, salah satu radio di Surabaya. Setiap malam
saya, mas, dan adek kalau belajar sering sambil mendengarkan radio. Dari situ,
saya jadi hafal banyak lagu deh. Pelajarannya
masuk juga tidak? Hehe..alhamdulillah otak masih bisa diajak kompromi untuk
mendengarkan musik sambil belajar. Dan sampai sekarang pun saya tidak bisa
jauh-jauh dari musik.
Pada
suatu ketika saya ingin memindah radio tersebut ke kamar saya, tapi tak lama
mas mengambilnya kembali. Tak lama lagi saya memindah lagi ke kamar saya, terus
diambil mas lagi. Sampai akhirnya, suatu hari Bapak yang hitam manis sangat
pengertian itu membeli radio lagi untuk saya hahaha....mu’ucih lho, Bapak.
Kebetulan
di sekolah punya beberapa teman yang juga hobby mendengarkan radio. Sampai ada lho
yang mengidolakan pakek banget salah satu penyiar radio di kecamatan tetangga. Entah
ceritanya bagaimana mereka bisa mengenal penyiar radio tersebut. Pernah suatu
hari penyiar radio tersebut lewat depan sekolah, dan temen-temen saya yang
centil, imut, dan gemesin-gemesin itu histeris dan heboh. Radio desa tersebut
namanya radio Mustika. Gara-gara temen-temen tersebut saya juga mencoba
menggeser gelombang radio saya ke Mustika. Kemudian kita sering saling
kirim-kirim salam lewat radio hahaha lutunaaah
:3 hey Ita, Hikmah, Ana, Dian masih nge-fans
sama mas-mas penyiar radio itu ta? :D
Saya
punya pengalaman konyol yang mungkin tak akan pernah saya lupakan. Kirim-kirim
salam melalui radio juga pernah saya lakukan ke radio EBS, waktu itu temanya “hal
apa yang paling sering jadi pikiran kamu”.
Waktu itu saya belum punya hp, jadi saya pinjam (secara diam-diam) hp-nya
bapak untuk sms radio tersebut. Kalimat saya waktu itu “saya paling sering
memikirkan nilai-nilai pelajaran saya, salamnya buat bla bla bla itu itu itu
itu....”, saya yang masih culun dan belum luwes (red: gagap) dalam menggunakan
hp, alhasil smsnya bukan terkirim ke nomor radio tersebut, malah terkirim ke
nomor temennya bapak. Dan sudah saya
duga sebelumnya, temennya bapak balik kirim sms dan menanyakan “maksudnya
apa???”, saya kemudian mengaku malu-malu kepada Bapak.
Sudahlah,
lupakan cerita konyol di atas! Anggap saja saya tidak pernah bercerita apapun
kepada kalian -_-
Waktu
berjalan dan menuntun saya menuju fase selanjutnya. Memasuki SMA saya mulai
jarang mendengar radio. Salah satu sebabnya sih karena saya tinggal di pondok
pesantren. Ya tahu sendiri lah, mondok tidak boleh membawa barang elektronik. Tapi
kita, santriwan santriwati gahol (red:
nakal) tetap diam-diam membawa HP hahaha...(bukannya
hp juga ada radionya? Kok nggak mendengarkan radio?), iya juga sih, ah saya
tidak tahu penyebab utamanya apa sehingga saya mulai melupakan radio. Maaf ya,
radio.
Memasuki
fase kuliah, saya balikan lagi nih sama radio. Aku masih sayang kamu :*
radio zaman sekarang (pada handphone) |
No comments:
Post a Comment