Friday 5 September 2014

PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN ITU PEN to the TING

Suatu siang sepulang kuliah saya pergi ke suatu swalayan. Tujuan saya adalah membeli sabun mandi. Ketika sampai di rak yang memajang berbagai merek sabun, saya terdiam. Memandang sederetan jenis sabun dari yang bersifat memutihkan, mencerahkan, melembabhkan, hingga yang melembutkan. Saya bingung harus memilih yang mana. (ceritanya saya lagi ingin mencoba sabun lain, yang tidak biasanya saya pakai.). kemudian seorang lelaki bertanya pada saya. “nyari apa mbak?”. “sabun mas”. Jawabku singkat dengan tetap fokus pada sederetan sabun-sabun di rak. “sabun S atau sabun D ya?”. Tanya saya pada diri saya sendiri. “sabun D aja mbak, lebih enak”, sahut mas-mas tadi yang ternyata mendengar pertanyaanku yang sebenarnya tidak tertuju pada siapapun.” “enaknya gimana, mas?”, akhirnya saya melanjutkan topik pemilihan sabun dengan mas-mas tadi hehe. “soalnya lebih lembut, bisa memutihkan juga, Saya juga pakai itu. Kalau sabun S itu bla bla bla bla gini gini gini....,jawab mas-mas tadi dengan penuh percaya diri seolah memamerkan kulit cerahnya. “ooh...gitu ya”, dan akhirnya saya jadi mantap sekali memilih sabun itu atas jawaban mas-mas tadi.

Dari kisah sabun yang mungkin tidak begitu penting di atas, bahkan saya sangat mempersilahkan anda untuk me-skip paragraf di atas, tapi jika kalian sudah terlanjur membacanya hahaha.... lalu apa yang dapat anda petik?

Jadi gini, jika mas-mas tadi berkulit gelap? sudah dapat dipastikan saya akan sulit mengikuti saran mas-mas tadi.

Meskipun saya telah meminta saran pada seseorang secara tidak sengaja, dan kebetulan yang memberi saran adalah orang yang tepat (menurutku sih, karena setelah saya pakai, sabunnya memang sangat lembut hehe....), usahakan meminta saran tentang sesuatu pada orang yang ahli sesuatu tersebut. Intinya, bertanyalah pada pakarnya, dan lebih bagus lagi bertanya pada pakar yang dapat dipercaya. Soal kesehatan, maka bertanyalah pada dokter. Soal agama, maka bertanyalah pada ustad. Soal design bangunan, maka bertanyalah pada arsitek. Dan soal yang lain, maka bertanyalah pada pakar yang lain. Eiiits, Jangan salah paham dulu ya, (ngopi sek biar nggak salah paham hehehe...) bukan maksud saya melarang kalian bertanya soal sariawan pada kakakmu yang mungkin seorang anak teknik elektro. Bukan bermaksud juga melarang kalian bertanya soal bagaimana cara mengukur miring tidaknya sebuah lantai pada orang tuamu yang mungkin seorang petani. Mungkin kakakmu punya pengalaman sakit sariawan jadi kakakmu tahu bagaimana menyikapi sakit sariawan, mungkin juga orang tuamu pernah melihat orang mengukur lantai miring atau tidak. Kata “pakar” maksud saya disini tidak jauh-jauh dari pengalaman. Dapat diambil kesimpulan bahwa mencari tahulah akan sesuatu pada orang yang berpengalaman, pernah melihat, atau pernah membaca sesuatu yang kau tanyakan.

Berbahagialah kalian yang berada di sekitar orang-orang penuh pengalaman. Lebih bahagia lagi jika kita yang mempunyai banyak pengalaman. Pengalaman itu mahal harganya. Mumpung masih muda, banyak-banyaklah mencari pengalaman (yang positif). Dari ikut lomba, kepanitiaan, travelling, seminar, dan masih banyak lagi ladang yang harus dijajaki kawula muda. Terutama saya(kan saya terbilang muda hehe) masih merasa sangat kurang pengalaman. Ayo sama-sama menggali ilmu dari pengalaman, dan dari sumber yang lainnya. Terkadang membaca saja pun masih kurang. Contohnya kita hanya pernah membaca buku tentang mendaki gunung, akan lebih lengkap lagi jika kita juga pernah mendaki gunung. Bukan berarti membaca itu tidak penting (ngopi sek ben gak salah paham....), buku tetap menjadi salah satu  sumber pengetahuan kita. 

Penting untuk diketahui:
*ngopi sek ben gak salah paham* = minum kopi dulu biar nggak salah paham.

adalah sebuah kalimat yang populer dikelas saya, biasanya terlontar untuk memecah suatu ketegangan. Hehe...

No comments:

Post a Comment

Follow Instagramku