Suatu siang
sepulang kuliah saya pergi ke suatu swalayan. Tujuan saya adalah membeli sabun
mandi. Ketika sampai di rak yang memajang berbagai merek sabun, saya terdiam. Memandang
sederetan jenis sabun dari yang bersifat memutihkan, mencerahkan, melembabhkan,
hingga yang melembutkan. Saya bingung harus memilih yang mana. (ceritanya saya
lagi ingin mencoba sabun lain, yang tidak biasanya saya pakai.). kemudian seorang
lelaki bertanya pada saya. “nyari apa mbak?”. “sabun mas”. Jawabku singkat
dengan tetap fokus pada sederetan sabun-sabun di rak. “sabun S atau sabun D ya?”.
Tanya saya pada diri saya sendiri. “sabun D aja mbak, lebih enak”, sahut
mas-mas tadi yang ternyata mendengar pertanyaanku yang sebenarnya tidak tertuju
pada siapapun.” “enaknya gimana, mas?”, akhirnya saya melanjutkan topik
pemilihan sabun dengan mas-mas tadi hehe. “soalnya lebih lembut, bisa memutihkan
juga, Saya juga pakai itu. Kalau sabun S itu bla bla bla bla gini gini gini....,jawab
mas-mas tadi dengan penuh percaya diri seolah memamerkan kulit cerahnya. “ooh...gitu
ya”, dan akhirnya saya jadi mantap sekali memilih sabun itu atas jawaban
mas-mas tadi.
Dari
kisah sabun yang mungkin tidak begitu penting di atas, bahkan saya sangat
mempersilahkan anda untuk me-skip paragraf
di atas, tapi jika kalian sudah terlanjur membacanya hahaha.... lalu apa yang dapat anda petik?
Jadi
gini, jika mas-mas tadi berkulit gelap? sudah dapat dipastikan saya akan sulit
mengikuti saran mas-mas tadi.
Meskipun
saya telah meminta saran pada seseorang secara tidak sengaja, dan kebetulan
yang memberi saran adalah orang yang tepat (menurutku
sih, karena setelah saya pakai, sabunnya memang sangat lembut hehe....), usahakan
meminta saran tentang sesuatu pada orang yang ahli sesuatu tersebut. Intinya, bertanyalah pada pakarnya, dan lebih
bagus lagi bertanya pada pakar yang dapat dipercaya. Soal kesehatan, maka
bertanyalah pada dokter. Soal agama, maka bertanyalah pada ustad. Soal design bangunan,
maka bertanyalah pada arsitek. Dan soal yang lain, maka bertanyalah pada pakar
yang lain. Eiiits, Jangan salah paham dulu ya, (ngopi sek biar nggak salah paham hehehe...) bukan maksud saya
melarang kalian bertanya soal sariawan pada kakakmu yang mungkin seorang anak
teknik elektro. Bukan bermaksud juga melarang kalian bertanya soal bagaimana
cara mengukur miring tidaknya sebuah lantai pada orang tuamu yang mungkin seorang
petani. Mungkin kakakmu punya pengalaman sakit sariawan jadi kakakmu tahu
bagaimana menyikapi sakit sariawan, mungkin juga orang tuamu pernah melihat
orang mengukur lantai miring atau tidak. Kata “pakar” maksud saya disini tidak
jauh-jauh dari pengalaman. Dapat diambil kesimpulan bahwa mencari tahulah akan sesuatu pada orang yang berpengalaman, pernah
melihat, atau pernah membaca sesuatu yang kau tanyakan.
Berbahagialah
kalian yang berada di sekitar orang-orang penuh pengalaman. Lebih bahagia lagi
jika kita yang mempunyai banyak pengalaman. Pengalaman itu mahal harganya. Mumpung masih muda, banyak-banyaklah
mencari pengalaman (yang positif). Dari ikut lomba, kepanitiaan, travelling,
seminar, dan masih banyak lagi ladang yang harus dijajaki kawula muda. Terutama
saya(kan saya terbilang muda hehe) masih merasa sangat kurang pengalaman. Ayo sama-sama
menggali ilmu dari pengalaman, dan dari sumber yang lainnya. Terkadang membaca
saja pun masih kurang. Contohnya kita hanya pernah membaca buku tentang mendaki
gunung, akan lebih lengkap lagi jika kita juga pernah mendaki gunung. Bukan berarti
membaca itu tidak penting (ngopi sek ben
gak salah paham....), buku tetap menjadi salah satu sumber pengetahuan kita.
Penting
untuk diketahui:
*ngopi sek ben gak salah paham* = minum kopi
dulu biar nggak salah paham.
adalah sebuah
kalimat yang populer dikelas saya, biasanya terlontar untuk memecah suatu ketegangan.
Hehe...
No comments:
Post a Comment