Bapak dan
kopi adalah dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Setiap hari dan setiap saat
secangkir kopi selalu menghiasi meja kerjanya. Dulu ketika aku masih kecil,
sering kali incip-incip kopi milik bapak. Tentu saja tanpa sepengetahuannya.
Ingin tahu rasanya. Setelah tahu, ingin mencoba lagi. Setelah mencoba lagi, aku
jadi suka kopi. Manis-manis pahit, pahit-pahit manis. Enak.
Terkadang aku
meniru gaya bapak menikmati kopi. Ketika kopi masih panas, dituangkannya kopi ke
lepek (tatakan gelas), kemudian bapak
mengangkatnya dengan tangan kanan, menjepitnya dengan ibu jari dan jari tengah.
kemudian menyeruputnya. Sayang sekali, karena tanganku begitu kecil, ibu jari
dan jari tengahku tidak mampu menjangkau luas lepek itu, kuangkatlah lepek itu
dengan dua tangan. Ah, masih sama enaknya pikirku. Beranjak dewasa, ketika
ukuran tanganku sudah bertambah, aku coba lagi menikmati kopi dengan cara itu, senangnyaaaa
aku bisa mempraktekkan setelah beberapa tahun kemudian.
Ibuk memang
pembuat kopi nomer satu untuk bapak, tapi sebagai anak perempuannya aku juga
harus bisa menyediakan secangkir kopi untuknya. Ada rasa grogi setiap aku
membuat kopi untuk bapak, takut kalau rasanya tidak pas. Takut kalau rasanya
tidak seenak buatan ibuk. Takut kalau bapak tidak menghabiskan kopi yang hanya
secangkir itu. Kuambil kopi dan gula, kutambah dengan air panas. Kuincipi. Hmmm
ada yang kurang. Kutambah gula. Kuincipi. Hmmm ada yang kurang. Kutambah kopi.
Hmmm...sepertinya sudah. kuletakkan secangkir kopi di atas mejanya, lengkap
dengan lepek dan tutupnya.
“alhamdulillah...sueger”,
puji bapak atas kopi buatanku. Mendengar itu, aku senyum-senyum tersipu sambil
masuk kamar.
“kata bapak kopi buatanmu puahit”. Kata
ibuk sambil senyum-senyum di lain waktu. “hah?iya?”.
duuh maaf bapak, aku kurang bisa menyesuaikan seleraku dengan seleramu. Ibuk,
ajari resep kopimu kepadaku. Padahal takaran sudah kusamakan, tapi rasa tetap
berbeda. Begitulah, sama resep, beda tangan, beda pula rasanya.
Bapak, lelaki yang tak ingin membuat anak perempuannya kecewa.
Bapak, lelaki yang tak ingin membuat anak perempuannya kecewa.
No comments:
Post a Comment