Monday 25 May 2015

# cerita

SECANGKIR KOPI BAPAK




Bapak dan kopi adalah dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Setiap hari dan setiap saat secangkir kopi selalu menghiasi meja kerjanya. Dulu ketika aku masih kecil, sering kali incip-incip kopi milik bapak. Tentu saja tanpa sepengetahuannya. Ingin tahu rasanya. Setelah tahu, ingin mencoba lagi. Setelah mencoba lagi, aku jadi suka kopi. Manis-manis pahit, pahit-pahit manis. Enak.

Terkadang aku meniru gaya bapak menikmati kopi. Ketika kopi masih panas, dituangkannya kopi ke lepek (tatakan gelas), kemudian bapak mengangkatnya dengan tangan kanan, menjepitnya dengan ibu jari dan jari tengah. kemudian menyeruputnya. Sayang sekali, karena tanganku begitu kecil, ibu jari dan jari tengahku tidak mampu menjangkau luas lepek itu, kuangkatlah lepek itu dengan dua tangan. Ah, masih sama enaknya pikirku. Beranjak dewasa, ketika ukuran tanganku sudah bertambah, aku coba lagi menikmati kopi dengan cara itu, senangnyaaaa aku bisa mempraktekkan setelah beberapa tahun kemudian.
Ibuk memang pembuat kopi nomer satu untuk bapak, tapi sebagai anak perempuannya aku juga harus bisa menyediakan secangkir kopi untuknya. Ada rasa grogi setiap aku membuat kopi untuk bapak, takut kalau rasanya tidak pas. Takut kalau rasanya tidak seenak buatan ibuk. Takut kalau bapak tidak menghabiskan kopi yang hanya secangkir itu. Kuambil kopi dan gula, kutambah dengan air panas. Kuincipi. Hmmm ada yang kurang. Kutambah gula. Kuincipi. Hmmm ada yang kurang. Kutambah kopi. Hmmm...sepertinya sudah. kuletakkan secangkir kopi di atas mejanya, lengkap dengan lepek dan tutupnya.
 alhamdulillah...sueger”, puji bapak atas kopi buatanku. Mendengar itu, aku senyum-senyum tersipu sambil masuk kamar.
kata bapak kopi buatanmu puahit”. Kata ibuk sambil senyum-senyum di lain waktu. “hah?iya?”. duuh maaf bapak, aku kurang bisa menyesuaikan seleraku dengan seleramu. Ibuk, ajari resep kopimu kepadaku. Padahal takaran sudah kusamakan, tapi rasa tetap berbeda. Begitulah, sama resep, beda tangan, beda pula rasanya. 
Bapak, lelaki yang tak ingin membuat anak perempuannya kecewa.

No comments:

Post a Comment

Follow Instagramku