“Hey, kamu tahu pemuda berkaca mata itu siapa
namanya?”, Dia menunjuk seorang pemuda dengan lirik matanya, bertanya pada tiang
gedung yang kebetulan ada di sampingnya. Tiang gedung acuh, tak memberi
jawaban. Dia sesekali mencuri pandang. Lalu
menunduk kembali. Mencoba melirik lagi, pemuda itu tetap menatap tajam. Menatap
tajam layar laptopnya. Lalu dia pergi.
Hari
berganti...
“hey, kamu tahu dimana tempat tinggal pemuda
berkaca mata itu?”, lagi-lagi dia menunjuk pemuda dengan lirik matanya,
kali ini dia bertanya pada angin. Angin pun tak kalah acuhnya dengan si tiang
tembok. Tetap tak ada jawaban. Lalu dia menghela nafas berat.
Hari
berganti...
Dia
bergegas menuju tempat dimana dia biasanya bisa
melihat pemuda berkaca mata itu. Tapi tak lama dia putar badan lalu
pergi. Pemuda berkaca mata itu tidak ada. “dimana
pemuda itu?”, tanya dia pada rerumputan yang diinjaknya dengan berjalan tertunduk.
Hari
berganti...
Dia
berjalan dengan temannya. Berdiskusi soal tugas kuliah sepanjang jalan. Membahas
harus mulai darimana mengerjakannya, metode apa yang akan digunakan, dan siapakah
yang menjadi sasaran percobaan alatnya, lalu.....lalu temannya mengaggukkan
kepala pada pemuda berkaca mata itu-menyapa. Lalu pemuda berkaca mata itu
pergi-hanya lewat. Iya, hanya lewat. “siapakah
pemuda itu?”, tanya dia pada tumpukan buku yang ada di dekapannya. Dan sama,
tumpukan buku pun acuh, tak memberi jawaban.
makanyaaa,, ajak kenalan :3
ReplyDeletemungkin sulit baga dia, mas
Deletekalo tsurhat, lewat chat aja deh :"
Deleteitu kan hanya sebuah cerita orang, mas :3
Delete