Marie
Kondo, Ahli beberes dari Jepang ini membuktikan bahwa tidak ada ilmu yang
sia-sia. Apapun bidangnya, jadilah ahlinya. Beres-beres yang identik dengan
pekerjaan para pembantu rumah tangga ini ternyata mengantarkan Marie menjadi
Ahli beres-beres profesional yang dikenal di seluruh dunia dengan metode
KonMari nya. Nama KonMari merupakan sebuah nama metode berbenah yang diambil
dari namanya sendiri.
Marie
memberikan kursus-kursus secara private langsung ke rumah atau kantor para
kliennya. Berdasarkan testimoni para klien Marie, tidak hanya rumah dan kamar
yang berubah menjadi rapi. Tetapi juga perubahan-perubahan dalam hidup pun
terjadi. Bahkan hingga mempengaruhi omset bisnis. Bagaimana itu bisa terjadi?
Yaps, Karena yang dibenahi bukan hanya pakaian, buku yang berserakan, rumah
yang acak-acakan, kertas-kertas yang menumpuk, kabel-kabel yang berseliweran,
tetapi Marie Kondo juga membenahi pikiran para klien. Oleh karena itu, Marie
tidak mau membenahi rumah para klien sendirian. Pernah ada klien yang terkejut,
dia mengira Merie yang akan mebereskan rumahnya. Ternyata pemilik rumah harus
ikut serta dalam pembenahan. Karena sekeras apapun Marie membereskan rumah
klien, jika pada pokoknya/dasarnya/mindset pemilik rumah masih belum dibenahi
maka tidak lama rumah akan kembali teracak-acak lagi.
Menurut
saya, buku ini akan lebih bagus kalau ada ilustrasi atau foto-fotonya. Seperti
ilustrasi cara melipat kaos kaki yang telah dijelaskan Marie. Atau foto
penataan baju-baju dalam lemari. Sehingga pembaca bisa paham dengan jelas
bagaimana yang dimaksud oleh Marie. Tetapi tidak begitu masalah sih, karena
Marie Kondo juga mempunyai channel youtube. Sehingga kita bisa melihat
bagaimana metode Konmari yang dimaksud penulis.
Buku
yang terjual lebih dari 5 juta kopi ini menyadarkan pembaca yang kebanyakan
tidak menyadari bahwa di rumahnya telah menyimpan banyak sampah. Banyak
barang-barang yang sudah tidak lagi digunakan. Dan tentu saja hal semacam itu
membuat rumah penuh sesak. Padahal menurut Marie, barang-barang yang kita
miliki tidak semuanya harus disimpan selamanya. Ada barang yang mempunyai masa
tugas tertentu. Jadi bila sudah selesai tugasnya, sudah terambil manfaatnya,
segera buang atau berikan kepada orang yang lebih membutuhkan. Saatnya
mengucapkan terima kasih pada mereka.
Saya
terkesima dengan Marie yang memperlakukan barang-barangnya dengan hormat
layaknya manusia. Tas yang selesai dipakai bekerja, disimpan Marie dalam lemari
sambil mengucapkan, "Kerja bagus! Selamat beristirahat". Karena
barang-barang yang disimpan Marie hanyalah barang-barang yang memberikan
kebahagiaan. Barang-barang yang memang dibutuhkan. Bahkan barang-barang yang
sekiranya akan dipakai kapan-kapan pun dihempaskan. Karena 'kapan-kapan' itu
kebanyakan tidak akan terjadi.
Pernah
suatu ketika Marie mendapati kliennya menyimpan kaos kaki dengan cara
menggumpalkan dan ditarik ujungnya sehingga membentuk bola, sedangkan stoking
diikat erat-erat di bagian tengahnya. Marie terperangah dan berkata,
"lihat dengan seksama! Kaos-kaos kaki itu semestinya beristirahat. Apakah
mereka bisa beristirahat kalau digumpalkan seperti itu?". Waaaow... Marie
sangat berkeprikaoskakian ya.
Nilai yang
diajarkan Marie dalam buku ini erat kaitannya dengan hidup minimalis. Karena
kunci dalam berbenah disini adalah bagaimana kita bisa hidup dengan
barang-barang seminimal mungkin. Semakin menumpuk atau menyediakan stok barang
di rumah, maka akan semakin membuat cemas. Contohnya menyimpan tisu 5 gulung,
jika masih tersisa 2 gulung tisu maka akan membuat pemilik cukup khawatir dan
ingin membelinya lagi.
Proses berbenah
dalam metode Konmari ini dimulai dengan membuang, kemudian dilanjutkan dengan
merapikan. Buang semua barang yang tidak dibutuhkan. Marie mempunyai peraturan
urutan dalam berbenah. Yakni dimulai dari kategori pakaian, buku, kertas,
pernak-pernik, dan yang terakhir adalah barang-barang sentimental, yaitu barang
yang penuh dengan kenangan, seperti foto-foto dan kartu ucapan. Dengan
mengikuti aturan tersebut Marie memberi jaminan keahlian membuang semakin
terasah sehingga kita tidak mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan
saat membuang barang-barang bernilai sentimental. Orang-orang yang enggan
membuang barang sejatinya hanya berakar pada dua penyebab: keterikatan di masa
lalu atau kecemasan akan masa depan.
Buku yang terdiri
dari 206 halaman sangat padat nutrisi. Saya yang biasanya selalu memberi
highlight pada bagian-bagian yang penting, kali ini tidak saya lakukan. Karena
seluruh bagian penting. Bisa-bisa stabillow saya habis untuk memberi warna
semua tulisan dalam buku ini. Dan alasan kedua saya tidak memberi highlight
adalah karena pada beberapa kalimat yang lebih penting lagi telah tercetak
tebal.
Bagi
teman-teman yang belum membaca buku ini, saya sangat merekomendasikan untuk
membacanya. Saya yakin akan banyak pelajaran yang bisa pembaca ambil.
Bener mbak, buku ini related banget terutama anggapan mengenai menata ruangan yang justru tidak pernah membuat ruangan kita rapi. Tidak heran kalau bukunya sampai mendunia :D
ReplyDeleteIya, Mbak. Sangat memberi pencerahan...
DeleteSaya belum membaca bukunya, mbak. Tapi sudah melihat beberapa content di youtube-nya yang membuat saya terperangah dengan keajaiban tangannya.
ReplyDeleteTapi, saya merasa setuju sih dengan konsep hidup 'minimalis'-nya. Melihat bapak dan ibu saya punya hobby 'ngumpulin barang tapi nggak dipakai' rasanya hanya membuat rumah semakin sempit dan pengap.
Keajaiban berbenah sungguh luar biasa... Mari kita sebarkan virus Marie Kondo ke keluarga di rumah, Mbak hehehe
DeleteSaya juga baru aja menulis tentang beres-beres kamar di blog saya dan mengadaptasi metode Marie Kondo... Memang super mencerahkan dan membantu banget waktu beres-beres, terutama teknik melipat pakaian dan mengeorganisasi semua benda! Namun ngga bisa juga kalau melakukan semuanya karena sampai saat ini menurut saya kurang cocok dengan pilihan gaya hidup saya hehe.
ReplyDelete