Wednesday 20 March 2019

# Opini

Kiat-Kiat Istiqomah Melayani Umat


Berbahagialah kita jika telah dimanfaatkan teman. Meskipun teman tersebut mendatangi kita saat butuh saja. Berbanggalah. Disaat seperti itu artinya hanya kamu yang diingat. Betapa berartinya diri kita. Karena dianggap hanya kita yang akan mampu menolongnya. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya, begitulah sabda Nabi SAW. Dari hadist tersebut maka kita tahu bahwa setiap muslim diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi sesama.

Agar bisa bermanfaat bagi sesama maka harus mempunyai kemampuan. Bisa menyetir sepeda motor, bermanfaat mengantar ibu ke pasar. Bisa menjahit, bermanfaat menambalkan baju tetangga yang rusak. Semakin banyak kemampuan yang kita miliki maka akan semakin besar peluang kebermanfaatan kehadiran kita bagi orang lain. Apalah artinya pandai matematika di kelas tetapi tidak bisa membantu menghitungkan zakat keluarga. Sejatinya ilmu dan kemampuan itu untuk diamalkan, tidak untuk sekedar dihafal. Apalah artinya jabatan tinggi tetapi tidak bisa memperjuangkan Islam dan Umat Islam di tengah hiruk pikuknya bombardir kaum kafir yang menjajah. Sejatinya kekuasaan itu wajib dipakai untuk kepentingan agama, bukan malah memakai agama islam hanya untuk kepentingan kekuasaan.

Menjadi pelayan khususnya melayani umat sungguh besar pahala yang akan didapat. Pelayan bukan sekedar sebuah profesi rendahan. Seorang pegawai pemerintahan, Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota, pada hakikatnya juga seorang pelayan. Yakni melayani warga yang dipimpinnya. Teringatlah kita pada salah seorang khulafaur rasyidin yang terkenal dengan 'blusukannya'. Ya, blusukan sebenarnya sudah lama dipraktekkan pada zaman khulafaur rasyidin. Yaitu Umar bin Kahatab. Pada malam hari tanpa diketahui oleh khalayak ramai Umar Bin Khatab mulai blusukan melihat kondisi warganya. Pernah saat blusukan, Umar melihat seorang anak yang menangis di samping ibunya yang sedang memasak. Lama sekali masakan tak kunjung matang, ternyata  yang dimasak ibu itu hanyalah batu. Ibu tersebut berpura-pura memasak demi menghibur anaknya yang kelaparan. Melihat kejadian itu, Khalifah Umar sangat merasa bersalah kemudian kembali ke Madinah dan memanggul gandum sendiri untuk dibawakan kepada ibu tersebut.

Jiwa melayani umat harus dipupuk sejak dini. Oleh karena itu orang tua hendaknya melatih putra-putrinya untuk suka membantu, melayani, dan sebaliknya tidak boleh terlalu dimanjakan. Karena keluarga adalah bentuk terkecil dari suatu kehidupan bermasyarakat. Maka penting sekali untuk melatih anak-anak melayani anggota keluarga sebelum nanti terjun ke masyarakat untuk melayani umat. Contoh kecilnya, anak bisa menyemirkan sepatu ayah yang akan berangkat kerja. Membelikan bumbu dapur ibu ke pasar. Jika anak sudah terbiasa melayani di rumah maka akan ringan melayani umat nantinya. Dan sebaiknya orang tua menanamkan nilai pada anak bahwa mau jadi apapun nantinya, yang penting bisa bermanfaat untuk sesama. Menuntut ilmu di sekolah juga harusnya diniatkan untuk beribadah kepada Allah dan ilmunya bermanfaat untuk agama dan sesama.

Kisah Khalifah Umar Bin Khatab di atas cukup memberi pukulan kita yang belum tergerak untuk melayani umat. Seorang khalifah saja tidak malu untuk memanggul gandum sendiri, justru itu sebagai penebus rasa bersalahnya  karena melalaikan warganya yang kekurangan bahan makanan. Kita sendiri sudah sejauh dan seberapa banyak melayani umat? Sejatinya akan selalu kurang karena harusnya tiada batas, istiqomah tanpa tapi tanpa nanti.

Agar tetap istiqomah melayani umat adalah yang pertama tanamkan pada diri sendiri bahwa menjadi pelayanan umat sesungguhnya menolong agama Allah SWT. Tidak perlu mengharapkan balasan kebaikan dari manusia karena balasan yang paling baik adalah surga dari Allah nantinya. Kita menolong dan melayani umat bukan agar ditolong juga nantinya seperti kata kebanyakan orang, tetapi kita melayani umat karena Allah suka. Titik. Sederhana saja.

Kedua, tingkatkan kualitas diri agar kebermanfaatan kita semakin banyak. Meningkatkan kualitas kemampuan kita akan semakin memperbagus pelayanan kita. Atau meningkatkan pasitas diri kita akan semakin memperbanyak peluang kebermanfaatannya. Jika pada awalnya hanya menguasai bidang komputer, alangkah baiknya menambah kemampuan di bidang seni, yang tentunya seni tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk dakwah Islam.

Ketiga, berupaya menambah kekayaan harta. Tidak bisa dipungkiri bahwa dakwah Islam juga memerlukan uang. Dan memperbanyak uang yang ertujuan untuk dakwah Islam sungguhlah mulia. Uang memang tidak dibawa mati. Tetapi dengan uang kita bisa beramal jariyah yang amalnya dibawa mati.

Keempat, bila tidak mempunyai banyak harta maka sisihkan waktu dan tenaga untuk masyarakat. Tenaga sangat diperlukan untuk keberlangusngan dakwah Isalam. Dalam pembagian zakat saja misalnya, dibutuhkan orang yang mau mengatur dan mendistribusikannya.

Semoga kita senantiasa diberi rahmat Allah berupa kesehatan, kesempatan, dan harta yang bisa bermanfaat untuk umat.










2 comments:

  1. Aamin. Semoga Allah memberikan kebaikan dunia dan akhirat untuk kita semua.

    ReplyDelete

Follow Instagramku