Malam itu aku berbincang dengan seorang teman. Guru adalah Profesinya. Bukan guru agama, tapi kimia. Dia bercerita lingkungan tempat ia bekerja. Katanya, ternyata banyak orang yang masih belum lengkap sholatnya. Padahal yang wajib hanya lima. Jadi jangan harap sunnahnya.
“Padahal aku
ingin berada di lingkungan yang baik, yang bisa membuatku lebih baik, Mbak”,
katanya. “sebenarnya aku manusia biasa. Masih kurang banyak ilmu, disana jadi
dianggap sudah luar biasa”, tambah dia.
“Mungkin Allah
menempatkan sampean disana untuk berdakwah, untuk mengajak mereka sholat”,
jawabku sambil tersenyum.
“Saya bukan
siapa-siapa, Mbak.”, dia merendah.
Gelar terbaik |
Semua orang
yang mengaku Islam, maka harus berperilaku Islam, meskipun dia bukan Sarjana
agama. (S.Ag.). Karena sejak lahir dia telah menyandang gelar di atas segala
gelar, yaitu Hamba Allah SWT.
Apa yang
harus dibanggakan dari gelar dunia, S.ST., S.H., S.Pd., S.K.M., S.E., dan S-S-S
yang lain jika itu semua tak mengantarkan ke surga. Pandai berhitung, malah
korupsi. Pandai mengajar, malah mengajarkan hal yang munkar. Pandai berbicara,
malah memutarbalikkan fakta, yang benar jadi salah yang salah jadi benar. (Dilowak-lawik kayak wingko :D). Situ
bangga?
Layaknya dalam
perguruan tinggi. Ketika dinyatakan lolos diterima menjadi mahasiswa, bukan
berarti akan menjalani kuliah dengan seenaknya. Nggak berangkat kuliah
nggakpapa, berangkat ya nggakpapa. Berangkatpun masuk kelas atau enggak ya
sesukanya. Tanpa tugas. Tanpa ujian. Santaaaai kayak di pantai sampai wisuda.
Ya nggak bisa lah. Kamu pikir kuliah di FTV? #eh.
Mau jadi lulusan terbaik pasti harus berusaha dengan sungguh-sungguh. Banyak-banyak membaca. Banyak-banyak diskusi dengan pengajar terbaik. Ujian dilakukan dengan sebaik dan sepenuh hati. Mahasiswa-mahasiswa seperti itu biasanya saat wisuda akan mendapat penghargaan lulusan terbaik. Dapat piala, sertifikat, dan lain sebagainya. Mau jadi lulusan yang biasa pokoknya lulus juga bisa, tergantung mahasiswanya hehehe.... Mari dipikir sama-sama, kalau mahasiswa dalam kurun beberapa waktu tidak mengikuti aturan kampus maka apa tindakan kampus? Ya, biasanya dapat surat peringatan. Kalau si mahasiswa masih terus saja tidak mempedulikan surat peringatan, maka apa yang akan terjadi? Kampus tidak akan segan-segan mengeluarkan mahasiswa dari kampusnya.
Mau jadi lulusan terbaik pasti harus berusaha dengan sungguh-sungguh. Banyak-banyak membaca. Banyak-banyak diskusi dengan pengajar terbaik. Ujian dilakukan dengan sebaik dan sepenuh hati. Mahasiswa-mahasiswa seperti itu biasanya saat wisuda akan mendapat penghargaan lulusan terbaik. Dapat piala, sertifikat, dan lain sebagainya. Mau jadi lulusan yang biasa pokoknya lulus juga bisa, tergantung mahasiswanya hehehe.... Mari dipikir sama-sama, kalau mahasiswa dalam kurun beberapa waktu tidak mengikuti aturan kampus maka apa tindakan kampus? Ya, biasanya dapat surat peringatan. Kalau si mahasiswa masih terus saja tidak mempedulikan surat peringatan, maka apa yang akan terjadi? Kampus tidak akan segan-segan mengeluarkan mahasiswa dari kampusnya.
Begitu pula
dalam hidup. Sejak lahir status kita sudah otomatis menjadi hamba Allah,
terlahir dalam keadaan fitrah. lalu mengapa ada yang beragama non-islam? Itu beda
cerita. Orang tua lah yang menjadikan si anak yahudi, nasrani, atau majusi. Mau
bertahan dengan status Hamba Allah? Mau bertahan dengan status orang Islam? Maka
harus menjalankan semua perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. (ini definisi taqwa yang selalu keluar saat
ujian pelajaran agama. Huapal teorinya, kalau prakteknya? Hmmmmm...mari
merenung). Seperti mahasiswa, manusia hidup juga menjalani ujian hidup. Ditimpa
kesusahan, apakah akan sabar pada pukulan pertama? Apakah akan menengadah hanya
pada Allah untuk minta pertolongan? Ditimpa kesenangan, apakah akan menunduk
sujud dan bersyukur pada Allah yang Maha Pemberi, Maha Pengasih, dan Maha
Penyayang?
‘Semester akhirnya’ setiap manusia berbeda-beda waktunya. Ada yang masih muda sudah berakhir hidupnya. Ada pula yang sampai tua. Ada yang saat sehat sudah selesai perjalanan hidupnya, ada pula yang sakit. Suka-suka Allah. Allah nggak perlu tanya kita apakah kita sudah siap. Lalu mulailah proses ‘tes interview’ di alam barzah. “Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu? Apa kitabmu?”, pertanyaan yang mudah untuk manusia-manusia tertentu saja. apakah aku, kamu, termasuk dalam manusia tertentu itu? Berlanjut hingga proses perhitungan amal, dan seterusnya hingga akhirnya kita akan mendapatkan balasan. Surga ataukah neraka.
‘Semester akhirnya’ setiap manusia berbeda-beda waktunya. Ada yang masih muda sudah berakhir hidupnya. Ada pula yang sampai tua. Ada yang saat sehat sudah selesai perjalanan hidupnya, ada pula yang sakit. Suka-suka Allah. Allah nggak perlu tanya kita apakah kita sudah siap. Lalu mulailah proses ‘tes interview’ di alam barzah. “Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu? Apa kitabmu?”, pertanyaan yang mudah untuk manusia-manusia tertentu saja. apakah aku, kamu, termasuk dalam manusia tertentu itu? Berlanjut hingga proses perhitungan amal, dan seterusnya hingga akhirnya kita akan mendapatkan balasan. Surga ataukah neraka.
Jadi siapapun
kita, apapun pekerjaan kita, berapapun harta kita, kita semua statusnya sama,
yaitu makhluk Allah SWT. Semua makhluk Allah SWT yang beriman harus menghamba
pada Allah SWT. Semua harus berperilaku islami. Tidak hanya ustad atau guru
agama saja.
Mau jadi
pilot? Ya harus pilot yang islami.
Mau jadi
teknisi? Ya teknisi yang islami.
Mau jadi chef? Ya harus chef yang islami.
Akankah kita lulus dari 'universitas' dunia dengan membawa gelar terbaik, yaitu Hamba Allah SWT? Apalagi lulus dengan pujian, pujian Allah tentunya.Semoga saja, aamiin...
No comments:
Post a Comment