Monday 4 January 2016

# Opini

TERKADANG KITA SALAH FOKUS



Malam ini aku dan teman-teman nonton film Surga yang Tak Dirindukan. Saya penasaran karena yang menginisiasi nobar film ini adalah temen-temen cowok.  Pernikahan, poligami, rumah tangga, istri, terkadang juga kerap dibicarakan oleh kaum adam. Semenarik apa film tersebut?
            Film yang lahir dari novel Asma Nadia tersebut berkisah tentang Arini, seorang istri yang dimadu oleh pras, suaminya,  tanpa sepengetahuannya. Bukannya sang suami niat poligami secara diam-diam, tetapi pernikahan yang kedua lelaki tersebut dengan Meiros terjadi begitu saja. Meiros, gadis cantik yang hidup sendiri tanpa orang tua, ayahnya menikah lagi dan ibunya bunuh diri. Ditambah lagi ia mengandung seorang anak hasil kencan dengan pacarnya yang pergi meninggalkannya tanpa tanggung jawab di hari pernikahannya. Bunuh diri dianggap jalan satu-satunya bagi Meiros untuk mengatasi kehancuran hidupnya. Pernikahn Pras yang kedua itu berawal dari aksi bunuh diri Meiros. Tentu saja hal ini sangat menyakitkan hati Arini.
            Tangis Arini, kegalauan Pras,  dan soundtrack film yang menyedihkan akan membawa kita yang fokus menontonnya ikut larut dalam kesedihan. Bahkan air mata tak segan akan diteteskan bagi penonton yang serius memperhatikan betapa sulitnya hidup yang dihadapi Arini, Pras, dan Meiros.
            Mengapa yang ikut larut dalam kesedihan hanya penonton yang fokus? Bagaimana dengan penonton yang kurang fokus? Dapat dipastikan, air mata tidak akan menetes. Bahkan feel nya saja pun pasti nggak dapat. Entah kesalahan atau tidak, menonton film seperti ini bareng temen-temen cowok yang suka slengekan. Kita yang ciwik-ciwik mau menangis pun nggak jadi, yang ada kita malah menertawakan hal-hal yang dibahas teman-teman.
            Seperti itulah hidup, terkadang kita terlalu fokus pada hal-hal buruk. Padahal masih banyak kebaikan disekeliling kita. Masih banyak hal-hal yang bisa membuat kita tetap bahagia. Tanpa harus pura-pura bahagia. Kita tetap mengetahui ada sesuatu yang buruk menimpa kita, tetapi hal itu tidak untuk kita ratapi, tidak untuk kita sesali. Seperti menonton film tadi. Kita tetap tahu jalan cerita film tersebut, tetapi kita tak bisa menangis. Sesuatu yang buruk menimpa kita bisa diganti dengan cara terus melanjutkan hidup dengan lebih baik lagi. berjanji tidak akan mengulangi kesalahan lagi, dan memaafkan serta mengikhlaskan sesuatu yang telah terjadi. Insyaallah, kita akan bahagia tanpa harus pura-pura bahagia.
            Terima kasih teman-teman, telah memberi pelajaran lewat nobar film yang sedikit mengesalkan tadi. Entah banyolan, iringan musik dari belakang, maaf maksud saya kentut, bahkan membuatku sebagai bahan guyonan, itu semua sangat menyebalkan. Meskipun gagal mendapat feel dari filmnya, tetapi ada pelajaran dibaliknya. Besok lagi nggak usah nobar film kayak gini, cukup kalian saja yang berdiri di atas panggung dan melakukan standup comedy.

No comments:

Post a Comment

Follow Instagramku