Malam
ini aku dan teman-teman nonton film Surga yang Tak Dirindukan. Saya penasaran
karena yang menginisiasi nobar film ini adalah temen-temen cowok. Pernikahan, poligami, rumah tangga, istri, terkadang juga
kerap dibicarakan oleh kaum adam. Semenarik apa
film tersebut?
Film yang lahir dari novel Asma
Nadia tersebut berkisah tentang Arini, seorang istri yang dimadu oleh pras, suaminya,
tanpa sepengetahuannya. Bukannya sang
suami niat poligami secara diam-diam, tetapi pernikahan yang kedua lelaki
tersebut dengan Meiros terjadi begitu saja. Meiros, gadis cantik yang hidup
sendiri tanpa orang tua, ayahnya menikah lagi dan ibunya bunuh diri. Ditambah lagi
ia mengandung seorang anak hasil kencan dengan pacarnya yang pergi meninggalkannya
tanpa tanggung jawab di hari pernikahannya. Bunuh diri dianggap jalan
satu-satunya bagi Meiros untuk mengatasi kehancuran hidupnya. Pernikahn Pras
yang kedua itu berawal dari aksi bunuh diri Meiros. Tentu saja hal ini sangat
menyakitkan hati Arini.
Tangis Arini, kegalauan Pras, dan soundtrack film yang menyedihkan akan
membawa kita yang fokus menontonnya ikut larut dalam kesedihan. Bahkan air mata
tak segan akan diteteskan bagi penonton yang serius memperhatikan betapa
sulitnya hidup yang dihadapi Arini, Pras, dan Meiros.
Mengapa yang ikut larut dalam
kesedihan hanya penonton yang fokus? Bagaimana dengan penonton yang kurang
fokus? Dapat dipastikan, air mata tidak akan menetes. Bahkan feel nya saja pun pasti nggak dapat. Entah kesalahan atau tidak,
menonton film seperti ini bareng temen-temen cowok yang suka slengekan. Kita yang ciwik-ciwik mau
menangis pun nggak jadi, yang ada kita malah menertawakan hal-hal yang dibahas
teman-teman.
Seperti itulah hidup, terkadang kita
terlalu fokus pada hal-hal buruk. Padahal masih banyak kebaikan disekeliling
kita. Masih banyak hal-hal yang bisa membuat kita tetap bahagia. Tanpa harus
pura-pura bahagia. Kita tetap mengetahui ada sesuatu yang buruk menimpa kita,
tetapi hal itu tidak untuk kita ratapi, tidak untuk kita sesali. Seperti menonton
film tadi. Kita tetap tahu jalan cerita film tersebut, tetapi kita tak bisa
menangis. Sesuatu yang buruk menimpa kita bisa diganti dengan cara terus
melanjutkan hidup dengan lebih baik lagi. berjanji tidak akan mengulangi
kesalahan lagi, dan memaafkan serta mengikhlaskan sesuatu yang telah terjadi. Insyaallah,
kita akan bahagia tanpa harus pura-pura bahagia.
Terima kasih teman-teman, telah
memberi pelajaran lewat nobar film yang sedikit mengesalkan tadi. Entah
banyolan, iringan musik dari belakang, maaf maksud saya kentut, bahkan membuatku
sebagai bahan guyonan, itu semua sangat menyebalkan. Meskipun gagal mendapat feel dari filmnya, tetapi ada pelajaran
dibaliknya. Besok lagi nggak usah nobar film kayak gini, cukup kalian saja yang
berdiri di atas panggung dan melakukan standup comedy.
No comments:
Post a Comment