Tuesday 27 October 2015

# Opini

KAYA MULIA



Orang kaya itu yang seperti apa? Apakah orang dengan penghasilan di atas 10jt per bulannya? Apakah orang yang punya mobil dan barang-barang mewah lainnya? Mari kita luruskan definisi kaya (khususnya definisi dari saya). menurut saya kaya tidak selalu memiliki barang mewah. Kaya adalah dimana kita mampu memberi dan berbagi kebahagiaan dengan orang lain (terutama yang membutuhkan). Buat apa punya tabungan uang banyak tapi hanya untuk disimpan? Buat apa harta menumpuk tapi alirannya cukup berhenti di brankas? Kaya adalah saat hartamu mengalir ke tempat-tempat dan ke orang-orang yang mebutuhkan. Memberi itu tidak harus berjumlah besar.


Sedikit kisah dari kehidupan sehari-hari kita.
Ada dua orang anak, anak pertama uangnya banyak dan anak kedua uangnya terbatas. Anak pertama bisa beli makanan mahal di resto, sedangkan anak kedua cukup membeli makan dengan harga murah di pedagang kaki lima. Tidak sedikit dari tipe anak pertama untuk kebutuhan paling dasar seperti peralatan sekolah (bolpoin, kertas, tipe-x) sering pinjam ke anak kedua. Menurutmu mana yang kaya? Menurut saya anak kaya adalah yang kedua. Bapak mengajarkan kepada saya untuk tidak menjadi generasi bermental pengemis, yaitu suka minta, suka pinjam, dan suka yang gratisan (kalau ada yang maksa ngasih gratis sih itu rezeki untuk kita hehe). Untuk kebutuhan dasar usahakan miliki sendiri selama kita mampu membelinya. Bapak mengajarkan untuk bijak menggunakan uang. Tidak masalah kita mengeluarkan uang (meskipun banyak) untuk membeli sesuatu asal barang tersebut bermanfaat. Tidak perlu ‘eman’. Kita boleh irit, asal jangan sampai pelit terhadap diri sendiri.

Saya terinspirasi oleh Aa’Gym. Beliau adalah seorang dai dan juga seorang bisnisman. Yang saya dengar Aa’ Gym tidak pernah meminta bayaran atas ceramah-ceramah yang beliau sampaikan (semoga kabar ini benar). Lalu darimana beliau memenuhi kebutuhan hidupnya? Dari buku “Berbisnis dengan Hati” karya Hermawan Kartajaya saya ketahui bahwa Aa’ Gym adalah seorang bisnisman handal (jujur dan cerdas). Dari sini saya merenung, beginilah seharusnya menjadi seorang muslim. Aktivitas Aa’ Gym sebagai da’i saya sebut sebagai pengabdian dan pengamalan atas ilmu yang beliau miliki, sedangkan menjadi pedagang adalah cara beliau untuk memperkaya diri (demi memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka beribadah kepada Allah).

Cerita motivasi berikutnya datang dari seorang dokter (saya lupa namanya) yang ditayangkan dalam acara “Dr.OZ Indonesia” di salah satu channel televisi Indonesia. Dokter tersebut tidak menarik tarif tinggi pasien-pasien yang ia periksa. Dokter tersebut menyampaikan pesan kedua orang tuanya, “jadilah dokter yang baik. Jangan mengharapkan kekayaan dari profesi dokter. Kalau ingin kaya, ya jadilah pedagang”.

Kemudian cerita selanjutnya datang dari tetangga saya sendiri. Tetangga saya sekolah di keperawatan. Setelah lulus dari sekolahnya dia berkerja sesuai jurusannya, yakni sebagai perawat. Karena gaji perawat menurut dia kurang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Lalu dia banting setir menjadi seorang pedagang. Dan alhamdulillah dagangannya (menurut pengamatan saya) sukses. Tokonya semakin tahun semakin besar dan alhamdulilah juga bisa menambah lapangan kerja bagi pemuda pemuda di desa saya. Dan lagi, jangan pernah mengharapkan kekayaan dari profesi perawat. Kalau mau kaya, ya jadilah pedagang.

Jadi, semua itu hanya soal pilihan hidup. Mau tetap berkarya sesuai ilmu yang didapat  dari sekolah atau banting setir ke dunia perdagangan untuk mencari penghasilan lebih? atau mungkin menjalankan keduanya? Apapun itu, harus dikerjakan sesuai dengan syariat Islam. Menjadi programmer, ya jadilah programmer yang sholeh. Jadi dokter, ya jadilah dokter yang sholeh, jadi guru atau dosen ya jadilah guru atau dosen yang sholeh, dan menjadi bisnisman jadilah bisnisman yang sholeh. Dan yang tidak boleh dilupakan, jangan pernah lupa bersyukur atas apapun yang sudah kita dapatkan.

Dari cerita-cerita di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa profesi bukanlah semata-mata jalan kita untuk mendapatkan harta. Profesi merupakan salah satu bentuk karya yang kita jalankan dan persembahkan hanya untuk Allah sebagai bentuk ibadah kita. Menjalani profesi dengan ikhlas semata-mata ibadah akan membuat kita tetap damai. Berapa pun yang kita hasilkan insyaallah akan terasa cukup. Dan gaji per bulan akan selalu cukup jika hanya untuk hidup, tetapi akan selalu kurang jika untuk gaya hidup. Artinya, kita harus selalu bersyukur dan bijak akan harta kita. Jangan pernah merasa iri dan gengsi terhadap apa yang dimiliki orang lain sehingga kita membelanjakan harta kita hanya untuk gengsi-gengsian. Memang saya belum menjalani fase hidup dan kerasnya dunia pekerjaan, saya masih ‘dijatah’ oleh orang tua, tapi saya mengilhami dari orang-orang yang telah lebih dulu menjalaninya. Semoga saya bisa seperti mereka yang cerdas dan jujur dalam berkarya, apapun itu, entah kerja ikut orang atau mendirikan usaha sendiri. Karena setiap orang diciptakan oleh Allah beserta perannya masing-masing. Ada yang berperan sebagai bos, ada yang berperan sebagai pegawai. Semoga tetap bisa bermanfaat untuk orang lain, dan tentunya menjadi orang kaya mulia. Kaya harta, kaya ilmu, dan kaya hati. Aamiin...

Tidak semua orang terlahir sebagai orang kaya. Namun, dapat dipastikan hampir semua orang menginginkan menjadi orang kaya. Kita tidak bisa memilih terlahir dari orang tua yang mana, tidak bisa memilih terlahir dari orang tua yang kaya, tetapi kita bisa berusaha untuk menjadi orang kaya. Tidak ada yang salah dengan keingninan menjadi orang kaya, apalagi untuk orang Islam. Karena orang Islam yang kaya akan bisa memberi banyak manfaat kepada yang lain. Karena faktor pendukung dakwah salah satunya adalah uang. Alasan lainnya yang mendorong seorang muslim harus menjadi orang kaya adalah, banyaknya amal ibadah dan anjuran islam yang membutuhkan dana besar. Banyak amalan syar’i yang membutuhkan banyak uang untuk melakukannya, seperti haji. Dengan kaya kita bisa menjauhkan diri dari efek negatif kemiskinan.

Menjadi orang kaya tidak harus bermewah-mewah. Jangan dikira Nabi kita miskin. Nabi Muhammad adalah seorang saudagar, artinya Nabi Muhammad adalah orang yang kaya. Hanya saja Nabi Muhammad tetap hidup dengan sederhana dan hartanya banyak dimanfaatkan untuk keperluan umat.

Sekian, semoga angka kemiskinan di negeri ini semakin sedikit, masyarakat semakin gemar beramal, dan berilmu. Aamiin...

No comments:

Post a Comment

Follow Instagramku