Thursday 1 October 2015

# Buku

AGAR SEKOLAH/KULIAH MENJADI BERKAH



Terkadang banyaknya ilmu tidak memberi apa-apa bagi pemiliknya. Bertambahnya ilmu tidak semakin menjadikan dirinya bijaksana dan dekat dengan kebenaran, tetapi malah menjauhkannya dari Allah Ta’ala. Bagi dirinya sendiri saja tidak menghantarkan kebaikan apalagi membawa manfaat bagi kehidupan. Ilmu yang diperoleh malah menjerumuskan pada kehinaan.

            Tidak ada kebaikan dalam ilmu yang kita kuasai jika tidak ada berkah di dalamnya. Di antara tanda berkah, ilmu yang kita pelajari mampu mendatangkan kebaikan yang bertambah-tambah(ziyadatul-khair). Kebaikan bagi siapa? Kebaikan bagi dirinya sendiri maupun bagi kehidupan. Ia juga mampu menciptakan keterangan dan ketentraman bagi pemiliknya. Inilah dambaan setiap Muslim, yaitu memperoleh ilmu yang bermanfaat.
            Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda, “Apabila meninggal anak Adam, terputuslah amalannya, kecuali tiga hal; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh yang mendoakannya” (H.R. Muslim). ‘Ilmin yuntafa’u bihi(ilmu yang bermanfaat) ternyata menjadi investasi di akhirat yang tak ternilai harganya. itulah sebabnya kita diajarkan sebuah doa yang artinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu-ilmu yang bermanfaat, amal-amal yang diterima, dan rezeki yang halal dan baik” (H.R. Ahmad, Ibnu Majah).
            Keberhasilan selalu muncul dari motivasi yang ikhlas. Demikian pula halnya dalam menuntut ilmu. Mereka yang belajar dengan ikhlas, semata-mata ingin mencari keridloan Allah dan kemanfaatan dari ilmu yang dipelajarinya, insyaallah, keberhasilan itu akan mudah diperoleh.
            Lain halnya dengan mereka yang didorong oleh motif materi dan kebanggaan diri. Bahkan yang menyedihkan, tidak sedikit di antara mahasiswa kita bertawakal kepada fakultas dan ijazah yang membanggakan. Padahal, semestinya hanya pada Allah semata kita bertawakal. Memang hukum sebab akibat merupakan sunatullah. Akan tetapi, bukan hanya ‘sebab’ yang dapat menimbulkan akibat. Kadang kala ada sebab tetapi tidak ada akibat. Kita ambilkan sebuah contoh sederhana. Ada dua orang yang sama-sama sakit. Dimasukan ke rumah sakit yang sama, ditangani oleh dokter yang sama, dengan cara penanganan yang sama. Akan tetapi, yang satu dapat sembuh sementara yang lainnya tidak.
            Kasus yang sama bisa terjadi pada mereka yang menempuh jalur pendidikan. Saya hanya ingin menegaskan bahwa tawakal kita tidak ditujukan pada ikhtiar kita, tetapi semata-mata kepada Allah Ta’ala.
            Oleh karena itu, kita perlu meluruskan niat ketika belajar. Ingatan kita langsung tertuju pada hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a. beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang belajar untuk membanggakan diri dengan ulama, atau untuk meenntang orang-orang jahil, atau untuk menarik perhatian manusia agar tertuju kepadanya, Allah akan memasukkannya ke dalam neraka Jahannam. (H.R. Ibnu Majah).
            Saya pun teringat kata-kata adz-Dzahabi, seperti dikutip Abu Anas Majid al-Bankani dalam bukunya Rihlatul ‘Ulama fi Thalabil ‘Ilmi. “Sesungguhnya orang-orang salaf terdahulu menuntut ilmu karena Allah. Maka, mereka mulia dan menjadi imam yang bisa dijadikan anutan.”
            Tidak sekedar motifnya karena mengharap keridloan Allah kita akan memperoleh keberkahan, cara kita mendapatkan ilmu juga sangat berpengaruh. Kebiasaan menyontek saat ujian adalah salah satu penyebab hilangnyan keberkahan ilmu. Digunakannya ilmu yang kita miliki untuk bermaksiat kepada Allah juga dapat menyebabkan berkah berubah menjadi laknat.
            Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah menegaskan dalam bukunya Jawabul Kafi. “Perbuatan maksiat adalah faktor terbesar yang menghapus berkah usia, rezeki, ilmu, dan amal.” Begitu besar efek yang ditumbulkannya. Betapa sering kita menyontek agar memperoleh nilai bagus, tetapi apa gunanya semua itu ketika suatu saat nanti ilmu dan ijazah kita tidak membawa manfaat apa-apa bagi kita. Naudzubillah min dzalik.
            Alhasil, agar belajar kita berkah ada tiga hal yang harus kita lakukan. Ketiga hal ini merupakan kesimpulan dari paparan di atas.
1.      Motivasi yang ikhlas
Dalam Islam faktor niat sangat penting. Dalam belajar motivasi yang harus melandasi adalah mencari keridloan Allah, bukan karena dorongan motivasi lain. Motivasi yang mendasari aktivitas belajar sangat menentukan cara kita memandang kehidupan. Lihatlah mereka yang belajar karena terdorong untuk mendapat kerja. Apa pun dilakukan sekedar memperoleh kerja. Kita senang digunakan, tetapi tidak pernah berpikir untuk kreatif dan mandiri, meski kita memiliki ilmu.
2.      Belajr dengan sebaik-baiknya
Aktivitas belajar harus dilakukan sebaik mungkin. Kalau toh ada tugas dari sekolah atau kampus, maka setiap muslim semestinya mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Dia lakukan dengan etos belajar dan profesionalitas yang tinggi. Kalau mau ujian, maka ia persiapkan dengan sebaik-baiknya. Tidak pernah tebersit sedikit pun dalam dirinya untuk menyontek, karena selain ia merupakan kemaksiatan, menyontek tidak mengukur kemampuan kita sesungguhnya.
3.      Pemanfaatan hasil usaha(belajar) dengan tepat. Inilah unsur ketiga dalam memperoleh keberkahan Allah. Setelah seorang Muslim berhasil melalui dua tahap sebelumnya, yaitu motivasi yang ikhlas semata-mata mencari ridlho Allah, lalu belajar yang rajin, gigih, dan disiplin, maka setelah mendapatkan ilmu dengan ditandai dengan keberhasilan memperoleh gelar kesarjanaan bagaimana ia memanfaatkan kesarjanaan dengan tepat. Apakah sekedar untuk kepentingan diri dirinya sendiri( sekedar mencari uang dan kedudukan) atau dimanfaatkan untuk kepentingan Islam dan umat Islam serta kepentingan masyarakat secara umum?
            Inilh perkara mendasar kita dalam belajar. Kesadaran inilah yang dimiliki oleh generasi salaf, ketika mereka menuntut imu. Mereka berangkat dari motivasi yang benar, proses belajar yang gigih dan disiplin, serta pikiran untuk memanfaatkan imu sebanyak-banyaknya bagi kemaslahatan masyarakat dan Islam. Berangkat dari perkara inilah kesuksesan kita dimulai. 

referensi:
Budiyanto, Dwi. 2012. PROPHETIC KEARNING Menjadi Cerdas dengan Jalan Kenabian.Yogyakarta. Proumedia.

No comments:

Post a Comment

Follow Instagramku