Kajian Pencerah Oleh Ustad Bachtiar Nasur |
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Assalamu’alaykum,
teman-teman…
Alhamdulillah,
kemarin Sabtu (28/1) saya berkesempatan mengikuti Kajian Pencerah yang rutin
diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya setiap sebulan
sekali. Sebelumnya saya khawatir tidak bisa ikut, karena acara IMM (Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah) yang diagendakan Jumat (27/1) ba’da maghrib hingga
Sabtu (28/) siang. Aatas rahmat Allah agenda IMM bisa selesai sampai Sabtu subuh saja (ya, artinya
kami begadang semalaman. Saya ‘nyuri’ waktu tidur dikit sih, hehehe kalau si
ketum dan teman-teman nggak tidur sama sekali). Saya akan menyampaikan isi
kajian yang saya ikuti kemarin (28/1) di halaman kampus Universitas
Muhammadiyah Surabaya. Pengisinya top markotop, Ustad Bachtiar Nasir, beliau
adalah Ketua GNPF (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa) MUI dan juga bagian dari
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, lebih tepatnya Majlis Tarjih dan Tajdid PP
Muhammadiyah. Masyaallah….orang yang very very very very very hebat. Dan dalam
kajian ini akan dilaunchingkan Roti Maida, produk asli persyarikatan
Muhammadiyah.
Kajiannya
diselenggarakan di halaman kampus tanpa kursi dan tanpa atap. Saya memasuki
area kajian disambut dengan Roti Maida, plastik untuk tempat sepatu, dan juga
Koran untuk alas duduk. Makasih rotinya, Panitia….saya begitu lapar karena
belum sarapan hehe… Oh iya, saya datang bersama teman seperjuangan, yaitu Mbak
Nailis, langsung saja kami mencari tempat yang strategis, eh ternyata nggak
dapaaaat. Halaman kampus sudah begitu ramai, dipenuhi dengan orang-orang
berwajah sejuk (kata Mbak nailis hehe). Panggungnya tertutup sound system dari
tempat duduk kami, heuheuheu…ya sudah gakpapa. Tak lama kemudian saya mendapat
whatsapp (wa) dari uswa, dia mengatakan bahwa dia juga hadir kajian bersama
ibunya. Dia menjelaskan posisinya yang sangat strategis. Alhamdulillah…kami
berdua mendapatkan sisa space dari
uswa. Yihaaaaa….kami berdua sangat
senang.
Sinar
matahari yang hangat menerpa para jamaah kajian. Yang saya rasakan adalah
hangat luar dalam hehehe...Sinar matahari pagi yang terasa hangat ini saya
yakin akan menyehatkan tulang-tulang, dan betapa hangat persaudaraan dalam
Islam (ukhwah islamiyah), entah para jamaah ini darimana saja dan berlatar
belakang apa saja dikumpulkan sama rata dan sama rasa dalam majlis yang semoga
dirahmati Allah dan di bawah naungan sayap-sayap malaikat.
Ustad
Bachtiar berterima kasih kepada Rektor UM Surabaya yang telah menyediakan
tempat untuk kajian. Sehingga yang kuliah tidak hanya anak-anak (mahasiswa),
tapi ibu-ibu dan bapak-bapaknya juga. Orang tua harus sering-sering hadir ke
tempat belajar anak-anak, selain dapat memberi motivasi kepada anaknya, juga
hidup ini haruslah diisi terus menerus dengan belajar. “Jangan sibuk cari duit
saja”. Orang tua jangan hanya menjadi ATM dan komunikasi dengan anak kurang.
Kehadiran orang tua terutama ayah di sekolah sangatlah penting untuk memberi
motivasi kepada anak-anak. “jangan menjadi ayah gagal!”. (#noted – meteri
parenting). Saya jadi teringat dengan menteri pendidikan tahun lalu yang sempat
menganjurkan para orang tua untuk mengantar anaknya ke sekolah pada hari
pertama masuk sekolah (setelah libur panjang). Karena memang efeknya sangat
besar.
Akhir-akhir
ini Indonesia diterpa berbagai ujian. Menurut Ustad Bachtiar, saat ini negeri
kita sedang mengalami sedikit pergeseran, jika dibiarkan maka akan terjadi
penyimpangan hingga akhirnya akan menuju pada disintegrasi bangsa.
Alhamdulillah Muhammadiyah gesit dalam mengambil langkah. Ini menunjukkan bahwa
Muhammadiyah sangat peka terhadap keadaan bangsa Indonesia. Salah satunya dalam
bidang ekonomi, Muhammadiyah menghadirkan Roti Maida ke tengah-tengah
masyarakat Indonesia. Ini merupakan langkah cerdas, sebuah gerakan kreatif yang
memanfaatkan momentum, terutama kekalahan terbesar umat Islam dalam bidang ekonomi. Tidak akan ada konglomerat bisa kaya jika
pasar umat Islam sudah mengehentikan . jika kemarin sari roti yang
menguasai pasar, sekarang saatnya syari roti dengan nama Maida yang akan
menguasai pasar. Hehehe…
Oke,
tadi baru pengantar sepertinya hehehe… menurut saya dalam kajian ini banyak
sekali materinya, dari bidang apa saja, dari parenting, keislaman, dan
kebangsaan. Baik, saya akan membagikan apa adanya yang saya dapatkan.
Topik
Keislaman:
Ustad
Bachtiar Nasir membahas surat Al-baqoroh ayat 256. Begini terjemahannya:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama Islam. Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Laa
ikrahaa fid diin…Tidak ada paksaan untuk memasuki agama
Islam. Dalam agama Islam, tidak ada paksaan dalam beragama. Kenapa?
Qod
tabayyinarrusydi minal ghayyi…Karena sudah jelas
perbedaannya antara yang lurus dengan yang bengkok. Jadi, umat Islam tidak
perlu memaksa orang lain untuk masuk Islam. Karena, orang-orang yang berakal
dan berhati sehat pasti akan memilih yang lurus dan menginggalkan yang bengkok.
Sehingga, tidak perlu adanya paksaan. Oleh karena itu, setiap orang yang
memilih Islam insyaallah adalah orang-orang yang berfikiran lurus, dan
sebaliknya, orang yang benci Islam adalah orang berfikiran bengkok.
Orang
yang telah memilih Islam dan agar lebih kuat lagi keislamannya maka harus kufur
terhadap thaghut dan beriman kepada Allah. Faman yakfur bitthaghut wa manyukminu
billaah…jadi rumusnya adalah kufurlah dulu kepada thaghut baru beriman
kepada Allah. Biasanya orang liberal sangat fasih dalam ayat ayat dan hadits,
tapi menjadi jungkir balik. Melintir-melintir jadinya. Lisannya berkata rahmatan
lil alamiin, tapi nyatanya berefek musibah
lil muslimin. Mengapa bisa begitu? Karena mereka menghadapi keadaan rong-rongan yang mendera umat islam dengan
tidak menerapkan Faman yakfur bitthaghut wa manyukminu billaah…
Topik
Kebangsaan:
Ustad
Bachtiar mengajak para jamaah bernyanyi ‘Dari Sabang Sampai Merauke’, ‘17
Agustus 1945’, ‘Berkibarlah Benderaku’. Bahkan membaca teks proklamasi. Menurut
saya, ini ajakan kepada para jamaah untuk semakin mencintai Negara. Akhir-akhir
ini terjadi banyak peristiwa yang rentan memecah belah umat dan menghancurkan
Negara. Sebenarnya perbedaan yang terjadi tidaklah bersifat substantif, hanya
soal opini yang mereka buat-buat sendiri, seperti Islam yang dikesankan anti
NKRI, anti kebhinekaan, anti nasionalisme, dan lain lain. (menyedihkan ya).
Pidato
Bung Karno menyatakan bahwa Indonesia merupakan Negara preambule. Antara proklamasi
dan pembukaan UUD’45 adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Indonesia mempunyai pancasila dimana
sejarahnya dalam penyusunan redaksinya dipikirkan secara matang oleh para
pejuang. Dan atas usul para ulama dengan pemikirannya yang bijak ditempatkanlah
sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Umat Islam memang tidak menjadikan
Indonesia sebagai Negara agama. Karena umat Islam paham betul bahwa Laa
ikrahaa fid diin, tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam. Sehingga
ulama-ulama pendiri bangsa ini tidak ngotot
menjadikan Negara ini menjadi Negara Islam. Sila pertama menjadi pedoman awal.
Sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ketiga persatuan Indonesia.
Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Masihkah sila ke-4 ini dilaksanakan? Masihkah
Indonesia berkedaulatan rakyat? (para jamaah menjawab tidak). Siapakah orang
berhikmah tersebut? (kalau tidak belajar pada orang arab nggak akan paham nih
apa arti hikmah #eh). Orang berhikmah adalah orang-orang yang berilmu tinggi,
ilmunya bermanfaat, dan diaplikasikan dalam bentuk amalan-amalan sholeh.
Contohnya adalah Lukman Al-Hakim sebagai orang tua yang berhikmah. Sekarang,
apakah pemimpin di Indonesia orang-orang yang berhikmah? (eh para jamaah
menjawab TIDAK. Ini jamaah lho yang menjawab, bukan Ustad Bachtiar hehe…). Dan pada kenyataannya,
menjadi seorang pemimpin di Indonesia kalau tidak punya uang banyak ya tidak
akan jadi pemimpin. Untuk level pemimpin di Jakarta modalnya kurang lebih 200
miliar. Lalu dalam permusyawaratan, apakah pemimpin di Indonesia dipilih
berdasarkan permusyawaratan? Apakah berdasarkan perwakilan? (eh lagi lagi
jamaah menjawab TIDAK). Padahal, ciri organisasi dalam Islam adalah syura’
(musyawarah). Sekali lagi, apakah sila ke-4 ini masih diterapkan? TI-DAK.
Sila
kelima, keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Masihkah sile ke-5 ini dilaksanakan? Pada nyatanya,
tanah-tanah di Indonesia, khususnya Jakarta, 70% telah tidak dimiliki oleh
orang-orang pribumi. Sebenarnya ini merupakan kegelisahan yang sedang terjadi. Dan
inilah yang disebut sebagai kiblat bangsa telah bergeser. Sila sila dalam
pancasila tidak diterapkan sebagaimana mestinya.
Topik
Parenting/pendidikan dalam keluarga:
Q.S.
Al-maidah 54:
“Hai
orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka
kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka
pun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang kafir, yang
berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya,
dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui”
Berikut
adalah hal-hal yang harus ditanamkan pada keluarga agar menjadi generasi
al-maidah 54, yaitu generasi yang dicintai Allah dan mencintai Allah.
1. Bersikaplah
lemah lembut, sopan santun, saling mencintai, saling menghargai terhadap kaum
muslimin.
2.
Bersikap tegas pada orang kafir, dan
pada saat saat tertentu harus bersikap keras.
3.
Berjihad di jalan Allah
4.
Tidak takut celaan para pencela.
Menyambung
dari topik kebangsaan di atas, kerakyatan di Indonesia harus dipimpin oleh
orang-orang yang mempunyai kriteria Al-Maidah 54. Harus dipimpin oleh orang yang berhikmah. sebenarnya masalah-masalah juga banyak
terjadi dalam skala keluarga di rumah. Masih banyak pemuda dan bapak-bapak yang
belum melaksanakan sholat jamaah di masjid. Pasca momentum #212, Allah
memberikan nikmat besar kepada umat Islam Indonesia. Pertama, Allah telah
memberikan izzahnya, harga diri umat Islam Indonesia sedang bangkit,
kehormatannya dengan agama juga sedang dibangkitkan. Kedua, persaudaraan dalam
Islam. dan ketiga adalah semakin semaraknya sholat subuh berjamaah. Marilah
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh orang tua untuk anak-anaknya mengajak sholat
subuh berjamaah di masjid. Kebangkitan Negara berawal dari masjid.
SIAP MERAMAIKAN SHOLAT
SUBUH BERJAMAAH DI MASJID?
Tips
untuk orang tua agar anaknya mau sholat jamaah di masjid adalah yang pertama,
penghasilan atau makanan untuk keluarga
HARUS HALAL. Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan para orang tua seperti “Nak, segera tidur. Agar besok tidak telat
sekolah”. Kenapa tidak berkata “Nak,
segera tidur. Agar kita besok bisa sholat subuh berjamaah”. Orang tua
pulang kerja sering bertanya, “Nak,
sudah mengerjakan PR atau belum?”,
kenapa tidak bertanya “tadi setelah
maghrib sudah membaca quran belum?”. Memang begitu ya yang sering dilakukan
orang-orang pada umumnya. Yuk, dikoreksi. Untuk apa pergi ke sekolah tapi tidak
sholat?
Ustad
Bachtiar memberi tips cara membangunkan anak sholat subuh. Begini tipsnya:
“Assalamu’alaykum…nak
ayo bangun sholat subuh”. Meskipun jasadnya mengorok jika malamnya telah
ditanamkan ‘besok pagi sholat subuh berjamaah’ insyaallah hatinya akan
tergerak.
Jangan
membentak-bentak ketika membangunkannya. “NAK, CEPAT BANGUN AYO SHOLAT SUBUH,
KALAU TIDAK NANTI MASUK NERAKAAA!!!”, nanti anaknya bangun malah kaget “ini
malaikat Malik apa manusia?” :v
Lemah
lembut saja tapi tegas, kalau anak sudah sholat subuh tapi di rumah, pujilah
sang anak. “Alhamdulillah…anak saya sudah menjadi lelaki sholehah” :D karena
yang boleh sholat di rumah sebenarnya perempuan, lelaki itu harus ke masjid.
Maaf
judul tulisan ini saya ambil dari pembahasan terakhir dan tidak menggambarkan
keseluruhan isi. Nggak peduli dengan aturan kepenulisan yang katanya judul itu
menggambarkan isi. :D
Alhamdulillah,
hanya ini yang dapat saya bagikan. Semoga bermanfaat. Jika ada kesalahan saya
mohon maaf.
No comments:
Post a Comment